February 28, 2007
Wartawan, Nasibmu Kini……
Filed under: Uncategorized — akbar47 @ 1:26 pm
Ada dua kejadian yang cukup memiriskan dunia jurnalistik Indonesia, khususnya di Makassar.
Pertama, soal meninggalnya rekan wartawan SCTV saat bertugas meliput di laut. Guntur tewas meliput bangkai kapal Levina I yang terbakar.
Naluri jurnalismenya membawanya untuk mengambil gambar sisa kebakaran yang menghanguskan kapal itu di tengah laut. Tak seorang pun yang menyangka jika kapal itu rapuh.
Oleng sedikit saja bisa membuatnya tenggelam. Bukan hanya wartawan saja yang tewas, tapi juga beberapa orang yang menjalankan tugasnya selaku alat pemerintah.
Yang kedua, adalah persoalan mogok kerja yang terjadi di tubuh koran tertua di Sulsel, yaitu Pedoman rakyat yang telah berumur 60 tahun. Para wartawannya mogok akibat selam tiga bulan tak lagi menerima gaji. Siapa pun pasti akan berbuat sama.
Apalagi yang telah memiliki keluarga. (Hidup bukan hanya untuk idealisme saja bung. Ada perut yang juga butuh di isi)
Dari kedua kejadian itu membuat saya berfikir. Apa kekuatan pekerja pers untuk mempertahankan pekerjaannya selaku ujung tombak pemberitaan. Perusahaan penerbitan jelas tak akan hidup tanpa bantuan para kuli tinta itu.
Jujur saja, beberapa koran yang terbit harian di makassar, menggaji wartawannya dengan ‘gaji idealisme’ hanya cukup untuk makan.
Bisa dibayangkan seorang wartawan yang harus pontang panting mencari berita hanya untuk mendapatkan upah sekitar Rp500 ribu hingga Rp1500.000.
Bagaimana menghindari selogan ‘anti amplop’ jika itu terjadi. Sekali lagi hidup ini bukan hanya untuk idealisme kawan.
Lalu apa hubungannya dengan kematian wartawan SCTV dan Pedoman Rakyat yang sekarat? Saya hanya berfikir kematian seorang Guntur di publikasikan dengan begitu eghhh.. begitu agung.. bahkan begitu berharga sehingga pemakamannya dilakukan secara live. Kejadian itu memang sesuatu yang luar biasa. Jarang ada wartawan tewas ditengah tugasnya di Indonesia apalagi di bankai kapal. (Salut buat Guntur)
Sementara sekaratnya Pedoman Rakyat, adalah kedukaan lain. Bagaimana dengan mudahnya kapitalis menggantung nasib para pencari berita.
Bagaimana dengan mudahnya seorang komisaris menghentikan gaji para reporternya tampa memperhitungkan sumbangsih kerja selama ini.
Mudah-mudah-mudahan hanya pedoman saja yang merasakannya.
Kekuatan apa yang dimiliki oleh para idealis melawan kapitalis. Apakah juga harus masuk sebagai pemegang saham. Di kantor saya pun atau kantor anda pun mungkin dengan mudah memberhentikan karyawannya/ reporternya tanpa memperhitungkan apa-apa. Toh di luar masih banyak tenaga fresh yang siap di rekrut.
Masalah ini nampaknya harus segera di carikan solusi. Bagaimana wartawan di media-media kecil tak harus menjadi sapi perah perusahaan. Bagaimana cara agar wartawan juga memiliki kekuatan di suatu media yang dapat diperhitungkan agar tak mudah dipecat.
sumber: http://ak0407.wordpress.com/2007/02/28/wartawan-nasibmu-kini/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar