Danau Tempe disaksikan dari udara. Keberadaan danau itu secara langsung atau tidak langsung telah dan akan terus menerus mengundang wisatawan untuk berdatangan ke Wajo. Wisatawai itu berasal dari berbagai kabupaten di Sulsel, dari berbagai daerah di Indonesia, serta dari berbagai negara di dunia.
-----
Rabu, 24 Desember 2008
Mengenal
Objek Wisata di Wajo:
Dari
Rumah Adat Hingga Danau Tempe
Oleh: Asnawin Aminuddin
(Wartawan)
Tak banyak daerah di
Sulawesi Selatan yang memiliki danau. Maka beruntunglah Kabupaten Wajo karena
di wilayahnya terdapat sebuah danau yang diberi nama Danau Tempe.
Keberadaan danau itu
secara langsung atau tidak langsung telah dan akan terus menerus mengundang
wisatawan untuk berdatangan ke Wajo. Wisatawai itu berasal dari berbagai
kabupaten di Sulsel, dari berbagai daerah di Indonesia, serta dari berbagai
negara di dunia.
Para wisatawan tersebut
tidak semuanya sekadar datang melancong, melainkan juga ada yang datang untuk
melakukan penelitian, untuk pulang kampung, serta untuk keperluan lain,
misalnya untuk menghadiri kegiatan yang dilaksanakan di Kabupaten Wajo.
Selain Danau Tempe,
Kabupaten Wajo juga beberapa objek wisata lainnya, seperti agro wisata sutra
(perkebunan murbei yang sekaligus tempat memelihara ulat sutra), menyaksikan
perempuan Wajo membuat kain sutra, Gua Nippon, dan Rumah Adat Atakkae.
Sebelum mengenal lebih
jauh tentang berbagai objek wisata tersebut, ada baiknya kita melihat data dan
fakta tentang Kabupaten Wajo yang juga dikenal dengan nama Sengkang.
Luas wilayah Kabupaten
Wajo adalah 4,01 % dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Hingga akhir
tahun 2008, Wajo terbagi atas 14 wilayah kecamatan yang terdiri dari 45 kelurahan
dan 131 desa.
Secara geografis,
wilayahnya terbagi dalam 4 dimensi yaitu tanah berbukit, dataran rendah, danau,
dan laut. Lahan berbukit terbentang dari selatan ke utara. Dataran rendah
terletak di bagian timur, selatan, tengah, dan barat.
Danau terletak di
bagian barat, sedangkan pesisir pantai membentang di sebelah timur menghadap
Teluk Bone sepanjang 103 km garis pantai.
Wajo atau Sengkang
terletak di pinggir Danau Tempe yang memiliki panorama indah. Sengkang
merupakan kota yang cukup menyenangkan untuk dikunjungi. Salah satu daya tarik
Sengkang adalah produk kain sutera, hasil industri tenun milik rakyat.
Sengkang memang dikenal
sebagai pusat industri sutera. Kain sutera banyak dijual di pasar Sengkang
seperti selendang sutera. Pusat penenunan sutera milik rakyat umumnya terletak
di desa-desa di sekitar Sengkang yang dapat ditempuh dengan menyewa angkutan
umum.
Rumah Adat Atakkae
Kawasan budaya Rumah Adat Atakkae terletak di Kelurahan Atakkae, Kecamatan
Tempe. Rumah adat tersebut dibangun tahun 1995 di pinggir Danau Lampulung,
sekitar 3 km sebelah Timur Kota Sengkang.
Di dalam kawasan ini
telah dibangun puluhan duplikat rumah adat tradisional yang dihimpun dari
berbagai kecamatan, sehingga kawasan ini representatif sebagai tempat
pelaksanaan pameran. Di sekitarnya terdapat bangunan sebagai tempat menginap
wisatawan, dekat dari danau.
Hampir setiap tahunnya,
kawasan budaya ini ramai dikunjungi wisatawan, terutama saat digelar berbagai
atraksi budaya dan permainan rakyat. Di dalam kawasan tersebut dibangun sebuah
rumah adat yang lebih besar yang dijuluki Saoraja - istana Tenribali, salah
seorang matoa Wajo.
Rumah tersebut
mempunyai tiang sebanyak 101 buah. Setiap tiang beratnya 2 ton yang terbut dari
kayu ulin dari Kalimantan. Tiang itu didirikan dengan menggunakan alat berat
(eskavator). Lingkaran tiang rumah 1,45 m dengan garis tengah 0,45 m, dan
tinggi tiang dari tanah ke loteng 8,10 m. Bangunan rumah adat ini mempunyai
ukuran panjang 42,20 m, lebar 21 m, dan tinggi bubungan 15 m.
Danau Tempe Danau Tempe
merupakan danau yang cukup luas namun dangkal yang menjadi habitat satwa
burung. Pinggiran danau merupakan kawasan tanah lumpur yang juga menjadi tempat
bermukim masyarakat setempat.
Pengunjung dapat
berjalan-jalan menyusuri danau dengan menggunakan perahu motor hingga ke Sungai
Walanae, mengunjungi Desa Salotangah dan Desa Batu Batu yang berada di tengah
danau.
Danau Tempe terletak di
bagian Barat Kabupaten Wajo. Tepatnya di Kecamatan Tempe, sekitar 7 km dari
Kota Sengkang menuju tepi Sungai Walanae. Dari sungai ini, perjalanan ke Dananu
Tempe dapat ditempuh sekitar 30 menit dengan menggunakan perahu motor
(katinting).
Perkampungan nelayan
bernuansa Bugis berjejer di sepanjang tepi danau. Nelayan yang menangkap ikan
di tengah danau seluas 13.000 hektare itu dengan latar belakang rumah terapung,
merupakan pemandangan yang sangat menarik.
Dari ketinggian, Danau
Tempe tampak bagaikan sebuah baskom raksasa yang diapit oleh tiga kabupaten
yaitu Wajo, Soppeng, dan Sidrap. Sambil bersantai di atas perahu, wisatawan
dapat menyaksikan terbitnya matahari di ufuk timur pada pagi hari dan terbenam
di ufuk barat pada sore hari.
Di tengah danau, kita
dapat menyaksikan beragam satwa burung seperti Belibis yang menyambar ikan-ikan
yang muncul di atas permukaan air. Danau ini memiliki species ikan air tawar
yang jarang ditemui di tempat lain.
Konon, dasar danau ini
menyimpan sumber makanan ikan, yang diperkirakan ada kaitannya letak danau yang
berada di atas lempengan dua benua, yaitu Australia dan Asia.
Di waktu malam, wisatawan
dapat menginap di rumah terapung. Bersama nelayan, kita dapat menyaksikan
rembulan di malam hari yang menerangi Danau Tempe sambil memancing ikan.
Sementara itu, para
nelayan menangkap ikan diiringi dengan musik tradisional yang dimainkan
penduduk. Festival Danau Tempe Tanggal 23 Agustus setiap tahunnya, merupakan
kalender kegiatan pelaksanaan festival laut di Danau Tempe.
Acara pesta ritual
nelayan ini disebut Maccera Tappareng atau upacara mensucikan danau dengan
menggelar berbagai atraksi wisata yang sangat menarik. Pada hari perayaan
Festival Danau Tempe ini, semua peserta upacara Maccera Tappareng memakai baju
Bodo (pakaian adat Orang Bugis).
Acara ini juga
dimeriahkan dengan berbagai atraksi seperti lomba perahu tradisional, lomba
perahu hias, lomba permainan rakyat (lomba layangan tradisional, pemilihan anak
dara dan kallolona Tanah Wajo), lomba menabuh lesung (padendang), pagelaran
musik tradisional dan tari bissu yang dimainkan oleh waria, dan berbagai
pagelaran tradisional lainnya.
Lomba perahu dayung
merupakan tradisi yang turun temurun dan terpelihara di kalangan para nelayan.
Maccera Tappareng merupakan bentuk kegiatan ritual yang dilaksanakan di atas
Danau Tempe oleh masyarakat yang berdomisili di pinggir Danau Tempe, biasanya
ditandai dengan pemotongan kurban sapi yang dipimpin oleh seorang ketua
nelayan, dan serentetan acara lainnya.
Agro Wisata Sutra Agro
wisata sutra menjadi salah satu andalan di kabupaten ini. Tahap penanaman
murbei hingga proses pembuatan kain sutera sudah lama menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Wajo.
Lokasi pembibitan dan
penanaman murbei terletak pada beberapa desa di Kecamatan Sabbangparu, sekitar
10 km sebelah Selatan Kota Sengkang, jalan poros menuju Kabupaten Soppeng.
Di sini, pengunjung
dapat menyaksikan proses penanaman murbei, cara memelihara ulat sutera, proses
pemintalan benang sutera, hingga cara menenun kain sutera. Khusus produk sutera
yang berupa kain, sarung, kemeja, dasi, dan berbagai bentuk cinderamata dari
kain sutera misalnya : kipas dan tas, dapat kita saksikan di beberapa showroom
sutera yang ada di Kota Sengkang.
Di toko suvenir itu
tersedia berbagai macam warna maupun motif yang indah. Motif yang banyak
diminati masyarakat umumnya motif Bugis dan motif yang menyerupai ukiran-ukiran
Toraja.
Bendungan Kalola
Kawasan Bendungan Kalola, merupakan kawasan wisata terletak di Desa Sogi,
Kecamatan Maniangpajo, sekitar 35 km sebelah Utara Kota Sengkang. Kawasan yang
menempati areal seluas 65 hektare ini selalu ramai dikunjungi wisatawan.
Bendungan Kalola yang
terdapat dalam kawasan wisata ini memiliki genangan air 21,5 km dengan debit
air 900 m3 per detik, membentang di antara barisan pegunungan yang ditumbuhi
pepohonan rindang, sejuk, dan sangat mengasyikkan.
Pada hamparan genangan
air Sungai Kalola, kita dapat menyaksikan kegiatan menangkap ikan oleh penduduk
setempat dengan menggunakan perahu roda. Wisatawan juga bisa memancing ikan,
lomba dayung, bermain ski, dan menikmati pemandangan yang indah di sekitar
bendungan. Pada pinggir genangan yang landai, pengunjung biasanya menggelar
perkemahan.
Sekitar 3 km dari
bendungan telah dibangun kolam renang dan pondokan. Bagi mereka yang gemar
berburu, dapat menyalurkan hobinya, karena dekat lokasi ini terdapat taman
perburuan rusa. Lokasinya sekitar 5 km dari Bendungan Kalola. Tepatnya di Desa
Sogi, Kecamatan Maniangpajo.
Taman berupa hutan
seluas 500 hektare itu sangat representatif bagi mereka yang mempunyai hobi
berburu. Dahulu, orang berburu rusa dengan menggunakan kuda dan anjing pemburu.
Bahkan, tingkat keperkasaan dan kedewasaan seorang putra bangsawan saat itu
diukur dari kemampuan dan ketangkasan mereka menangkap rusa.
Bagi mereka yang senang
dengan petualangan, berburu rusa merupakan salah satu alternatif. Lokasi itu
dapat dijangkau dengan menggunakan mobil 4 whell drive. Jalan menuju ke lokasi
merupakan bukit yang landai.
Di sekitarnya tampak
pemandangan alam dengan permukaan rumput hijau, mengapit lapangan berburu yang
luas. Di sekitar taman ini terdapat sungai kecil dan pepohonan di sela-sela
lembah, sebagai pendukung kehidupan satwa rusa. Situs Tosora Situs Tosora
terletak sekitar 16 km di sebelah Timur Kota Sengkang. Tepatnya di Desa Tosora,
Kecamatan Majauleng.
Lokasi ini dapat
dijangkau dengan menggunakan sepeda motor atau mobil. Tosora adalah daerah
bekas ibukota Kabupaten Wajo sekitar abad ke-17. Wilayah ini dikelilingi 8 buah
danau kecil.
Banyak peninggalan
sejarah dan kepurbakalaan yang terdapat di sini, misalnya makam raja-raja Wajo,
bekas gudang amunisi kerajaan (geddong), masjid kuno yang dibangun tahun 1621,
dan makam yang bernisan meriam.
Disini juga terdapat
sumur “bungung baranie”, tempat prajurit-prajurit tempo dulu dimandikan sebelum
terjun ke medan perang. Banyak wisatawan yang sudah berkunjung ke sini.
Motivasi mereka
beraneka ragam. Di antara mereka, ada yang datang hanya untuk melakukan ziarah.
Sebagain yang lain datang untuk melepas hajat atau nazar, dan ada juga yang
mengadakan pengkajian sejarah.
Gua Nippon Gua Nippon
terdapat di pegunungan sebelah Timur Kota Sengkang. Lokasinya tak jauh dari
Masjid Raya Sengkang. Pengunjung dapat berjalan kaki menuju lokasi ini,
terutama mereka yang senang dengan petualangan.
Gua Nippon berupa
terowongan yang dibuat oleh tentara Jepang sebagai tempat persembunyian dan
pertahanan pada Perang Dunia ke-2. Jumlahnya tak kurang dari 10 buah, namun
saat ini sebagian di antaranya sudah tertutup tanah secara alami.
Di dalam gua itu
terdapat ruangan yang sangat luas. Masyarakat setempat meyakini bahwa gua itu
sebagai tempat penyimpanan harta karun yang ditinggalkan serdadu Jepang, dan
pada masa perang dijadikan sebagai basis pertahanan Asia Selatan.
Mulut gua rata-rata
mempunyai garis tengah sekitar 1 meter. Bila pengunjung ingin masuk ke dalam
gua, mereka harus membungkuk atau merangkak. Ada gua yang jalan masuknya
berbeda dengan jalan untuk menuju ke luar. Sebagian di antaranya, jalan masuk
dan keluar ke gua tersebut hanya merupakan satu jalur. (dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar