Rabu, 24 Desember 2008

Media Cetak dan Online Harus Dipadukan



Era media cetak tampaknya sudah mulai ketinggalan dan tergeser oleh era media online (internet). Perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat membuat masyarakat lebih mudah mencari dan menemukan informasi melalui media online dibandingkan melalui media cetak. Untuk mengantisipasi kemajuan dan perkembangan tersebut, media cetak harus dipadukan dengan media online. Artinya, perusahaan media cetak (tabloid, koran, dan majalah) harus juga membuat berita versi online, sehingga berita-beritanya selain dapat dibaca melalui media cetak, juga bisa diakses melalui versi online. -- Syamsu Nur -- (Ketua Dewan Kehormatan Daerah PWI Sulsel)




-------


Media Cetak dan Online Harus Dipadukan




Era media cetak tampaknya sudah mulai ketinggalan dan tergeser oleh era media online (internet). Perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat membuat masyarakat lebih mudah mencari dan menemukan informasi melalui media online dibandingkan melalui media cetak.

Di negara-negara maju dan di kota-kota besar, masyarakat sudah lebih sering dan lebih senang membaca berita melalui media online ketimbang media cetak.

Di Taiwan, sebuah negara kepulauan yang cukup maju, media cetak seperti Koran dan majalah tidak lagi dijual tetapi dibagikan secara gratis, karena semua penduduknya sudah mahir menggunakan komputer dan umumnya bisa internet. Semua wilayahnya pun sudah hot-spot (internet dapat diakses secara gratis).

Untuk mengantisipasi kemajuan dan perkembangan tersebut, media cetak harus dipadukan dengan media online. Artinya, perusahaan media cetak (tabloid, koran, dan majalah) harus juga membuat berita versi online, sehingga berita-beritanya selain dapat dibaca melalui media cetak, juga bisa diakses melalui versi online.

Hal tersebut dikemukakan Ketua Dewan Kehormatan Daerah Persatuan Wartawan Indonesia Cabang Sulawesi Selatan, H Syamsu Nur, saat membawakan materi “Kapita Selekta Pers Mutakhir”, pada Pelatihan Lanjutan Kewartawanan, di Press Club Gedung PWI Sulsel, Makassar, Minggu, 30 November 2008.

Sekretaris Panitia, Asnawin, menjelakan, pelatihan yang diselenggarakan oleh PWI Sulsel itu juga menampilkan Ronald Ngantung (wartawan senior dan Wakil Pemimpin Redaksi Harian Tribun Timur Makassar) dengan materi Indept Reporting

Selain itu, Burhanuddin Amin (Sekretaris DKD PWI Sulsel/pemilik beberapa media cetak di Makassar) dengan materi Hukum dan Pers, HL Arumahi (Ketua Bidang Organisasi PWI Sulel/Pemimpin Umum Tabloid Jurnal Intim) dengan materi Manajemen Pers), dan Dahlan Kadir (Pemimpin Redaksi SKU Tegas Makassar) dengan materi Etika Pers.

Sehari sebelumnya juga dibuka Pelatihan Dasar Kewartawanan PWI Sulsel, dengan materi antara lain Teknik Mencari dan Menulis Berita oleh Asnawin (pelatih nasional wartawan PWI/dosen mata kuliah jurnalistik), Sejarah Pers dan Kode Etik Jurnalistik oleh Dahlan Kadir (Pemimpin Redaksi SKU Tegas Makassar), UU Pers dan Delik Pers oleh Syahrir Makkuradde (Wakil Ketua PWI Sulsel Bidang Pembelaan Wartawan) dan Jurnalistik Radio oleh Mustakim Tinulu dari RRI Makassar.

Ketua Panitia, Syarief Usman, mengatakan, pelatihan dasar yang diikuti 54 peserta dilaksanakan dengan tujuan memberikan pengetahuan dasar jurnalistik kepada wartawan pemula dan calon anggota PWI Sulsel, sedangkan pelatihan lanjutan yang diikuti 61 peserta bertujuan memberikan penyegaran dan menambah wawasan para wartawan anggota PWI Sulsel.

Ketua Seksi Pendidikan yang juga Direktur Perpustakaan Pers PWI Sulsel, Asnawin, menambahkan, selain memberikan pelatihan bagi wartawan, PWI Sulsel juga akan mengadakan Diklat Jurnalistik Plus bagi masyarakat umum, khususnya guru, pelajar, dan mahasiswa. (win)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar