Penulis, Asnawin Aminuddin (kiri) foto bersama Wapres Jusuf Kalla, di Istana Wakil Presiden RI, seusai wawancara tim penyusun buku “Hj.Athirah Kalla, Melangkah dengan Payung”, terdiri atas Asnawin Aminuddin dan Basti Tetteng, serta Ketum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Izzul Muslimin, Sekum Gunawan, dan Ketum Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulsel, Rachmat Noer.
------
Jusuf
Kalla: Ibu Saya Tak Pernah Mengeluh
Oleh:
Asnawin Aminuddin
Wapres Jusuf Kalla (JK) terharu menceritakan kisah almarhumah ibunya, Hj Athirah Kalla, kepada tim penyusun buku “Hj.Athirah Kalla, Melangkah dengan Payung” dari Pemuda Muhammadiyah Sulsel, di Istana Wapres Jakarta, belum lama ini.
JK yang tanpa ditemani
istri ataupun stafnya, beberapa kali terdiam dan memandang ke plafon saat
bercerita dan saat menjawab pertanyaan tim penyusun buku tentang ibunya.
“Ibu saya itu tidak
pernah mengeluh,” ungkap JK kepada tim penyusun buku, Basti Tetteng dan
Asnawin, serta Ketum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Izzul Muslimin, Sekum
Gunawan, dan Ketum Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulsel, Rachmat Noer.
Athirah Kalla membesarkan
10 anak-anaknya dengan sabar. Di rumahnya yang luas di Jl Andalas No 2
Makassar, juga banyak keluarganya yang menetap dan disekolahkan.
Rumahnya pun selalu
menjadi tempat rapat pengurus Nahdlatul Ulama (NU) Sulsel, pengurus Aisyiyah
Sulsel, pengurus Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), dan pengurus Senat
Fisipol Unhas.
“Jadi rumah saya itu
ganti-ganti orang rapat di sana. Hari ini NU, besok Aisyiyah. Kalau HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam) tiap hari. Tapi ibu tak pernah mengeluh. Tiap malam ratusan
orang yang datang. Ibu saya masak lalu pergi tidur di kamarnya. Teman-teman
kalau mau makan langsung saja ke dapur ambil sendiri. Tapi ibu tidak merasa
terganggu,” papar JK.
Aktivis HMI Pusat,
seperti Nurcholis Madjid (almarhum) dan Fahmi Idris (sekarang Menteri
Perindustrian), juga selalu menginap di rumah JK setiap kali datang ke
Makassar. Mereka semua mengenal Hj Athirah karena selalu mendapat pelayanan
yang baik dan ikhlas.
“Mereka semua mengenal
dan menganggap ibu saya sebagai ibu mereka. Alwi (HM Alwi Hamu, kini staf
khusus Wapres), Aksa (Aksa Mahmud), Rafiuddin Hamarung, tanya dia kalau mau
tahu,” sebut JK.
Selain mengurus
anak-anaknya, menyekolahkan banyak keluarganya, aktif berorganisasi dan
membantu berbagai organisasi, Athirah Kalla juga aktif dan sukses dalam
berbisnis, terutama kain sutera.
Athirah Kalla malah
pernah ’menyelamatkan’ perusahaan suaminya, H Kalla yang mengalami krisis
keuangan.
“Ibu juga sangat
memperhatikan sekolah kami, bahkan dia selalu mengirim surat kepada adik-adik
saya yang sekolah di luar Sulsel, termasuk mengirim surat kepada Halim (Halim
Kalla) yang sekolah di Amerika. Dibalas tidak dibalas, dia tetap kirim surat.
Isinya itu nasehat-nasehat,” tutur JK.
Jika ada keluarga atau
kerabatnya yang sakit, Ibu Athirah selalu menyempatkan diri membesuk mereka,
termasuk keluarga atau teman yang tinggal di luar kota Makassar.
“Ibu saya itu tiap dua
tahun naik haji, jadi kami gantian menemani, tetapi ibu selalu membayar
sendiri. Ibu tidak pernah mau dibayarkan atau diberi uang. Pernah saya
bayarkan, tetapi tak lama kemudian dia menyuruh orang mengembalikan uang saya,”
ungkap JK.
Sebagai isteri pengusaha
menengah dan juga dirinya sendiri aktif berbisnis, Ibu Athirah sewajarnyalah
tampil ”lebih”, tetapi dirinya justru selalu tampil sederhana dan lebih sering
naik becak dibanding naik mobil.
JK memberikan sebuah mobil
baru khusus untuk ibunya, tetapi sang ibu jarang memanfaatkannya dan lebih
senang naik becak.
“Ibu selalu melihat dari
sisi praktisnya. Bagi ibu, naik becak lebih praktis dibanding naik mobil. Ibu
juga tidak mau tampil beda dari teman-temannya,” kata JK.
Kepada anak-anaknya, Ibu
Athirah juga sering mengatakan bahwa kalau mau hidup bahagia, lihatlah ke
bawah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar