Rabu, 24 Desember 2008

PKS Dinilai Halalkan Segala Cara



keterangan gambar: Prof Din Samsudin

PKS Dinilai Halalkan Segala Cara

Banyak cara yang dilakukan partai politik untuk melakukan sosialisasi dan untuk menarik simpati masyarakat, antara lain dengan penayangan iklan di media cetak dan media elektronik.
Partai baru seperti Partai Gerindra misalnya, dapat dengan cepat dikenal dan mendapat simpati masyarakat karena iklannya yang cukup menyentuh masyarakat bawah dan dilakukan terus menerus selama berbulan-bulan.
Namun ternyata tidak semua iklan politik mendapat simpati. Buktinya, iklan politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) justeru mendapat cemoohan dan protes dari berbagai elemen masyarakat.
Iklan politik PKS yang menayangkan beberapa tokoh pahlawan nasional dinilai sebagai penghinaan terhadap tokoh pahlawan dan sekaligus merendahkan martabat pahlawan yang ditayangkan fotonya, karena dilakukan dengan tujuan kampanye politik dan bukan murni untuk mengangkat citra kepahlawanan tokoh yang ditampilkan.
Tokoh pahlawan nasional yang ditayangkan fotonya dalam iklan tersebut, antara lain KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan KH Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama).
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Din Syamsudin, saat bersilaturrahim dengan warga Muhammadiyah se-Sulsel di Auditorium Al-Amien Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar, beberapa waktu lalu, mengatakan dirinya secara lisan sudah menegur dan meminta agar PKS menarik iklan tersebut, tetapi partai tersebut tidak mau memenuhi permintaan Din Syamsudin.
Karena penolakan tersebut, Din pun memberi cap bandel terhadap PKS.
"Saya bilang kalau bandel ya sudah, kita catat saja kalau PKS itu bandel. Tentu hal ini akan kontraproduktif. Iklan tujuannya menarik hati warga Muhammadiyah, tetapi malah menjadi bumerang bagi PKS," ujarnya.
PKS dinilai hanya menginginkan peningkatan citra diri partai saja, tetapi berpura-pura membawa nama KH Ahmad Dahlan untuk Pemilu 2009. Jika iklan tersebut murni untuk mengangkat citra kepahlawanan tokoh sekelas KH Ahmad Dahlan, katanya, maka PKS seharusnya melakukan jauh-jauh hari sebelumnya dan bukannya menjelang Pemilu.

Penghinaan
Empat organisasi otonom (Ortom) Muhammadiyah se-Sumatera Utara (Sumut), yaitu Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dan Ikatan Remaja Muhammadiyah, juga memrotes iklan politik PKS.
Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Sumut Anang Anas Azhar mengaku sangat tersinggung dengan iklan audio visual tersebut. Sebab, dalam iklan yang sudah tayang di televisi itu, PKS membawa-bawa nama dan gambar tokoh pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan ke dalam ranah politik.
Perlakuan PKS terhadap KH Ahmad Dahlan demi menuai suara di Pemilu 2009 ini dinilai sebagai pragmatisme politik yang konyol. Hal ini telah melukai perasaan keluarga Muhammadiyah, sekaligus tamparan keras terhadap internal Muhammadiyah.
"Ini penghinaan yang sangat keterlaluan. Karena PKS telah melakukan berbagai cara dalam upaya menarik simpati. Di antaranya dengan mempolitisasi simbol-simbol organisasi keagamaan seperti menggunakan gambar KH Ahmad Dahlan," kata Anang kepada wartawan di Gedung Muhammadiyah Sumut Jl. Sisingamangaraja, Medan, beberapa waktu lalu.
Anang yang berbicara mewakili keempat organisasi tersebut menyatakan, warga Muhammadiyah sendiri, selama ini tidak pernah membawa-bawa nama KH Ahmad Dahlan dalam ranah politik. Padahal, kader-kader Muhammadiyah itu berkecimpung di Partai Amanat Nasional (PAN).
Kader Muhammadiyah tidak pernah membawa-bawa nama KH Ahmad Dahlan dalam menarik simpati untuk kebesaran partai. Ini sebagai bentuk penghormatan kader-kader PAN terhadap KH Ahmad Dahlan.
Seharusnya, kata Anang, PKS lebih santun dalam berpolitik, tidak menyinggung perasaan umat, khususnya warga Muhammadiyah.
“Janganlah membawa-bawa nama atribut organisasi keagamaan dalam berpolitik. PKS hendaknya tidak menghalalkan segala cara dalam berpolitik," tandasnya.

Dinilai Berdosa
Tokoh muda NU dan politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Marwan Ja'far, menilai PKS telah berdosa dengan mengambil sosok pendiri NU KH Hasyim Asy'ari tanpa izin.
"Ini namanya ghosob, yaitu perbuatan mengambil milik orang lain tanpa izin walau tidak disengaja, dan itu dosa," katanya dalam diskusi Dialektika Demokrasi bertajuk 'Iklan Politik: Tokoh Nasional Milik Siapa?' di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, pertengahan November 2008.
Hadir pula politisi PDIP Budiman Sudjatmiko, Wasekjen PKS Fahri Hamzah, dan Ketua Bapilu PMB Yusuf Warsyim.
Menurut Ja'far, iklan PKS yang mengambil sosok KH Hasyim Asy'ari adalah sebuah kemunafikan. Sebab, dalam praktiknya di lapangan sikap PKS sangatlah berbeda dengan ideologi NU.
"Ini politik kekanak-kekanakan yang luar biasa. Jika di lapangan tidak sesuai dengan ideologi NU, itu suatu kemunafikan," ujar anggota Komisi III DPR RI itu.
Dalam kesempatan itu, Marwan pun mengritik PKS sebagai partai yang cenderung ekslusif dan mempunyai ideologi yang tidak jelas.
"Jualannya Islam secara simbolik, bukan substantif," tandasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar