Selasa, 17 Juli 2007

Chichen Itza, Pusat Kebudayaan Suku Maya (Keajaiban Dunia-7)


CANDI Chichen Itza merupakan peninggalan arkeologi suku Maya yang paling lengkap serta masih terawat dengan baik. Situs peradaban Maya di Meksiko ini, pada 7 Juli 2007, terpilih sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia hasil pilihan 100 juta orang via email dan sms (layanan pesan singkat) yang diadakan oleh Swiss Foundation. (int)



--------------------------

Tujuh Keajaiban Dunia (7-habis):


Chichen Itza, Pusat Kebudayaan Suku Maya



Candi Chichen Itza merupakan peninggalan arkeologi suku Maya yang paling lengkap serta masih terawat dengan baik. Situs peradaban Maya di Meksiko ini, pada 7 Juli 2007, terpilih sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia hasil pilihan 100 juta orang via email dan sms (layanan pesan singkat) yang diadakan oleh Swiss Foundation.

Menurut buku budaya suku Maya dari Chilam Balam, kompleks candi ini dibangun antara tahun 502-522 Masehi. Suku Maya hanya menempatinya selama 200 tahun, kemudian mereka berpindah ke daerah pantai di Campeche. Namun versi lain mengatakan, Chichen Itza dibangun sekitar 800 tahun sebelum masehi.

Piramida Kukulcan di kompleks situs bersejarah ini dipercaya sebagai pusat kegiatan politik dan ekonomi peradaban bangsa Maya yang terletak di Semenanjung Yucatan (kini wilayah Meksiko).

Itza merupakan titik sentral kompleks bangunan lainnya seperti Piramida Kukulcan, Candi Chac Mool, dan bangunan Seribu Tiang.

Di candi Chichen Itza terdapat dua cenotes (sumur alami) yang dijadikan tempat menaruh korban persembahan. Konon, suku Indian Maya yang mendiami kota itu mempersembahkan jade, keramik, dan bahkan manusia untuk dimasukkan dalam sumur itu.

Persembahan itu diberikan saat kekeringan melanda. Persembahan kadang-kadang berupa gadis-gadis muda untuk dimasukkan hidup-hidup ke dalam sumur itu.

Peran sumur itu begitu penting karena di Semenanjung Yukatan tidak terdapat sungai. Satu-satunya sumber air ketika kekeringan melanda adalah dari sumur-sumur itu.

Nama Chichen Itza pun berarti 'di bibir mata air rakyat' dalam bahasa Indian setempat. Dengan demikian, Chichen Itza berkembang menjadi pusat pemerintahan dan ekonomi kebudayaan Maya.

Simbol Pemujaan

Konon, Chichen Itza merupakan simbol pemujaan dan ilmu pengetahuan. Chichen Itza didirikan raja suku Toltec bernama Quetzalcoatl yang datang ke Semenanjung Yukatan bersama pasukannya. Saat itu suku Maya sudah berdiam di daerah tersebut, kemudian bersama-sama suku Toltec, mulai membangun berbagai kuil yang menyerupai piramid.

Dengan demikian, periode puncak dari Chichen Itza merupakan campuran kebudayaan Toltec dan Maya.
Salah satu kuil terbesar yang didirikan adalah Kukulkan. Berdasarkan legenda Maya, Kukulkan merupakan Dewa Ular Berambut jelmaan dari Quetzalcoatl.

Kuil Kukulkan berupa piramid bertangga, dengan teras-teras. Di setiap sisi piramid segi empat itu terdapat anak tangga menuju puncak. Di puncak terdapat jalan masuk menuju ruangan Mahkota batu Jaguar Raja Kukulkan, yang dicat merah dan bintik-bintik hijau lumut.

Di Chichen Itza ini juga terdapat sebuah lapangan permainan yang mirip dengan permainan bola basket masa kini. Permainan 'pok ta pok' yakni melemparkan bola melewati sebuah lingkaran di dinding 7 meter di atas tanah. Kapten dari tim yang pertama kali berhasil menembakkan bola akan dipenggal kepalanya sebagai persembahan untuk dewa-dewa.

Pada tahun 1221, pemberontakan pecah. Atap-atap kayu, pasar dan kuil-kuil ksatria dibumihanguskan. Kekuasaan atas Yukatan pun berpindah ke Mayapan, sampai penakluk Spanyol datang.

Komplek candi ini cukup luas dan tiap candi saling terpisah dengan yang lainnya. Di tengah-tengah berdiri candi El Castilo (Istana) yang selesai direnovasi.

Bentuknya piramid, hanya atapnya tumpul. Melihat candi El Castilo mengingatkan kita pada candi Sukuh di Karanganyar, Solo. Kedua candi ini seperti saudara kembar.

Keistimewaan candi El Castilo adalah undak-undakan menuju atas candi. Setiap tanggal 21Maret dan 23 September antara siang dan malam sama lamanya. Pada saat itu di siang hari, undak-undakan candi tertutup bayangan. Sehingga mata kita tertipu, seolah-olah ada banyak ular naik candi. Namun hari berikutnya pada waktu yang sama akan tampak seolah-olah ular itu turun undak-undakan.

Di sekitar kompleks candi terdapat patung yang bernama Red Jaguar. Menurut uskup Landa, di tempat inilah sering diadakan upacara korban. Korbannya terdiri dari macan tutul (Jaguar), kura-kura, ayam kalkun, anjing atau semua jantung binatang. Bahkan kadang korbannya juga manusia.

Di sekitar kompleks candi ditemukan pula delapan patung Chac Mool. Patung berbentuk manusia dengan posisi duduk menengadah. Kedua tanggannya sedang memegang sesaji dan kepalanya menoleh ke arah kiri. Chac Mool untuk memuja dewa hujan.

Masih di kompleks Chichen Itza terdapat dua tembok yang sama tingginya. Arena di antara dua tembok itu dipakai suku Maya untuk bermain bola. Dimungkinkan bola itu dibuat dari karet, mengingat di sekitar daerah itu tumbuh pohon karet. Tak hanya suku Maya yang senang bermain bola, namun juga suku Zapotek dan Aztek.

Mirip di Indonesia

Yang cukup mengejutkan lagi adalah buku ''An overview of the MAYAN world'' karangan Prof Gualberto Zapata Alonzo, terbit di Merida, Yucatan, Mexico, tahun 2002.

Prof Alonzo menyebutkan, seni dan kesadaran beragama suku Maya ada kemiripan dengan di Indochina dan Indonesia. Candi Tikal di Guatemala ada kesamaan dengan piramid Naksei Chan Crong di Angkor, Kamboja. Candi di Palenque, Meksiko ada kemiripan dengan candi Ajanta di India.

Simbol-simbol agama dan mitos binatang suku Maya mirip dengan di Jawa dan Asia tenggara. Dalam Mahabharata dan Ramayan terdapat suku dengan panggilan Maya.

Pada agama Hindu terdapat pula dewa bernama Maya. Masih pada buku di atas disebutkan, pada tahun 1973 Prof. Alonzo dapat tugas mengantar para peneliti antropolog ke Chiapas. Salah satu anggota peneliti itu ada mahasiswa Jepang program postgraduate bernama Yutaca Yanome.

Ignacio Magaloni Duarte menulis buku berjudul ''Pendidik Dunia'' (Educadores del Mundo) yang terbit tahun 1968. Duarte membuktikan, bahwa suku Maya pernah hidup di dekat negeri timur jauh, antara lain;
Jepang, Cina, India, dan Mesir.

Duarte menyebut, suku Maya saat datang ke India disebut Naga, kemudian berganti sebutan Danava dengan ibu kota Nagapur.

Valmiki pada abad 6 menulis Ramayana dengan menyebut orang-orang Naga-Maya. Kemudian orang-orang ini tinggal di Tibet, Babylon, Acadia, dan Mesir.

Duarte meyakinkan lagi dengan perbandingan antara angka-angka Naga dan Maya dari nomor 1 sampai 10 mempunyai ucapan yang mirip.

Angka-angka Maya: 1:Hun, 2:Ca, 3:Ox, 4:Can, 5:Ho, 6:Uc, 7:Uac, 8:Uaxac, 9:Bolom, 10:Lahun.
Angka-angka Naga: 1:Hun, 2:Cas, 3:Ox, 4:San, 5:Ho, 6:Usac, 7:Uac, 8:Uaxax, 9:Bolam, 10:Lahun.
Tak hanya di situ kemiripan kedua budaya bangsa Asia dan suku Maya. Namun dalam arsitektur juga ada hubungan yang erat, terutama konsep piramid. (asnawin/pr, dari berbagai sumber)

Keterangan:
-- Artikel ini dimuat di harian Pedoman Rakyat, Makassar, Selasa, 17 Juli 2007, Halaman 17/Humaniora.

3 komentar:

  1. mas saya tertarik dengan kebudayaan mayan terutama piramid Chichén Itzá
    yang memiliki bentuk dasar sama dengan piramid yang ada di mesir.
    sebenarnya apakah ada bentuk komunikasi di masa lalu antara suku maya dan egypt?
    karena saya ingin membuktikan teori saya bahwa manusia tidak bisa menciptakan sesuatu
    tapi manusia hanya bisa menemukan apa yang telah diciptakan,
    karena itu saya ingin menemukan bukti fakta bahwa tanpa komunikasi seperti
    kasus bentuk dasar piramid di mesir dan suku maya mereka dapat terinspirasi
    dengan bentuk yang sama tanpa ada komunikasi, jikalau benar memang tidak ada komunikasi
    antara mereka maka mereka dapat terinspirasi bentuk dasar yang hampir sama
    dengan komunikasi.
    sehingga teori saya mungkin benar bahwa manusia tidak dapat menciptakan apapun kecuali
    menemukan apa yang telah diciptakanNYA.
    masih ada kemungkinanan (porbability nya tidak 0%) orang-orang yang berjauhan letaknya tanpa
    komunikasi dan berbeda latar belakang terinspirasi oleh hal-hal, ide, penemuan yang sama
    dengan kata lain menemukan apa yang telah diciptakan sebelumnya oleh Tuhan Allah.swt
    ditemukan melalui inspirasi.
    dan artinya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk terinspirasi dengan hal yang sama dengan orang lain.
    jika di ibaratkan ide, penemuan, pemikiran seperti sebuah kolam raksasa maka setiap orang dapat
    menuju secara paralel bersamaan ke kolam tersebut tanpa menunggu orang lain untuk menciptakan sesuatu
    kemudian dikomunukasikan agar dapat dimengerti dan terinspirasi akan hal baru yang telah diciptakan tersebut
    (tidak berjalan serial).
    bagaimana menurut bapak atau mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang pasti, kita ini adalah makhluk ciptaan Tuhan.... dan hanya ada satu Tuhan... Tuhan tidak punya anak dan Tuhan juga bukan bapak....

      Hapus