PENGUSAHA - POLITISI. Dunia usaha di Indonesia identik dengan warga keturunan Tionghoa. Banyak sekali warga keturunan Tionghoa yang terjun ke dunia usaha, termasuk di Kota Makassar. Salah seorang di antaranya ialah Arwan Tjahjadi. Ketika angin reformasi berhembus di Tanah Air, Arwan terpanggil terjun ke dunia politik, terutama karena ingin menjadi perwakilan etnis minoritas dan perwakilan dunia usaha. (Foto: Asnawin)
------------
Arwan Tjahjadi:
Dari Dunia Usaha ke Dunia Politik
Dunia usaha di Indonesia identik dengan warga keturunan Tionghoa. Banyak sekali warga keturunan Tionghoa yang terjun ke dunia usaha, termasuk di Kota Makassar. Salah seorang di antaranya ialah Arwan Tjahjadi.
Bergelut di dunia usaha sejak masih kuliah, Arwan Tjahjadi kemudian sukses membangun usaha perhotelan. Selain di Kota Makassar, pria kelahiran Makassar, 30 Oktober 1952, juga membangun hotel di Bali dan Jakarta.
Awalnya, Arwan terjun ke dunia kontraktor karena dirinya memang berlatar belakang pendidikan arsitek (alumni Universitas Hasanuddin Makassar, tahun 1980), tetapi kemudian hokinya lebih cocok pada usaha restoran dan hotel.
Meskipun sudah cukup mapan sebagai pengusaha, Arwan yang mengaku sangat cinta kepada Indonesia, tetap tidak melupakan tanggungjawab moralnya untuk turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tanggungjawab moral tersebut ditunjukkan dengan membangun Sekolah Tunas Bangsa di Makassar di bawah Yayasan Pendidikan Tunas Bangsa, serta membangun Yayasan Bea Siswa Cinta Anak Harapan Bangsa.
Selain itu, Arwan juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan, antara lain dengan terlibat pada organisasi Majelis Budhayana Indonesia Sulsel, dan Yayasan Budi Luhur.
Ketika angin reformasi berhembus di Tanah Air, Arwan terpanggil terjun ke dunia politik, terutama karena ingin menjadi perwakilan etnis minoritas dan perwakilan dunia usaha.
Suami dari Fientje Djajakusli dan ayah tiga anak ini, terjun ke dunia politik dengan bergabung pada Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).
Berkat komunikasi yang baik dengan berbagai kalangan dan pendekatan yang baik kepada masyarakat luas, Arwan kemudian terpilih menjadi Anggota DPRD Kota Makassar periode 1999-2004, dan kembali terpilih pada periode 2004-2009.
Ketika masih duduk sebagai anggota DPRD Kota Makassar, Arwan mengikuti pendidikan di Lemhanas pada tahun 2008.
Tahun 2009, pria yang senang berorganisasi, nyanyi, renang, dan golf ini kemudian mencoba “naik kelas” sebagai calon anggota DPRD Sulsel, tetapi dirinya gagal dan kemudian memilih kembali konsentrasi mengurus berbagai usaha yang dirintisnya dan juga tetap aktif pada berbagai kegiatan sosial dan keagamaan.
“Saya sebenarnya sudah ingin mengakhiri terlibat di dunia politik, tetapi ada-ada saja godaan dari dalam diri maupun dari orang lain. Setelah saya pikir-pikir, sepertinya saya terpanggil kembali ke dunia politik,” ungkapnya kepada penulis.
Ketua Ikatan Alumni SMA Katolik Cenderawasih Makassar dan juga Ketua Ikatan Alumni Teknik Unhas, akhirnya memilih kembali terjun ke dunia politik, tetapi tidak bersama PKPI yang telah membesarkannya, melainkan pindah ke Partai Nasdem.
“Saya pikir dalam lima tahun ke depan, saya masih bisa berbuat bersama Partai Nasdem yang ingin melakukan restorasi dalam pembangunan bangsa. Saya pikir tidak ada salahnya berbuat untuk daerah dan bangsa,” tutur Arwan.
Yang berbeda antara seorang Arwan Tjahjadi dengan kebanyakan politisi, yaitu dirinya tidak pernah berpikir menjadi oposan bagi partai pemenang Pemilu dan pemerintah yang tengah berkuasa.
“Sebagai politisi, saya selalu ingin mendukung pemerintah. Kalau kita menjadi oposisi, berarti kita tidak mendukung pemerintah, termasuk pemerintah daerah Sulsel dengan berbagai program dan kebijakannya yang pro-rakyat,” katanya.
Meskipun demikian, peraih Rekor MURI sebagai Pendiri Museum Becak Indonesia ini tetap menginginkan para politisi dan birokrat berjalan dalam koridor yang benar.
Menurut Arwan, kalau birokrat atau legislator keluar dari koridor yang benar dengan mengambil lebih dari yang semestinya diambil, atau menyalahgunakan kewenangan yang dimiliki, maka mereka pasti akan menghadapi berbagai kemungkinan risiko.
“Mereka (birokrat dan legislator yang menyalahgunakan kewenangan) pasti akan menghadapi risiko-risiko yang selama ini sedang kita upayakan untuk memeranginya,” tegasnya.
-------------
Sebagai politisi dari kalangan pengusaha dan dari etnis minoritas, Arwan Tjahjadi mengatakan, pada dasarnya para pengusaha itu menginginkan adanya kepastian hukum, sehingga merasa nyaman dalam berusaha.
----------
Kepastian Hukum dan Rasa Aman
Menyinggung dirinya sebagai politisi dari kalangan pengusaha dan dari etnis minoritas, Arwan Tjahjadi mengatakan, pada dasarnya para pengusaha itu menginginkan adanya kepastian hukum, sehingga merasa nyaman dalam berusaha.
“Jangan abu-abu,” tegasnya, seraya menyebut perlunya memangkas birokrasi jika itu memang bisa dilakukan untuk memudahkan pengusaha dalam mengembangkan usahanya.
Dunia usaha di Sulsel, kata Arwan, kini tengah menjadi primadona dunia usaha di kawasan timur Indonesia, sehingga banyak pengusaha luar yang melirik dan ingin berinvestasi di Sulsel, tetapi para calon investor tentu akan memastikan adanya kepastian hukum dan rasa aman sebelum berinvestasi di Sulsel.
Masyarakat etnis minoritas, termasuk para pengusaha dari kalangan etnis minoritas, katanya, sangat mengharapkan kondisi yang kondusif di Makassar dan Sulsel pada umumnya, agar mereka merasa aman dan nyaman.
“Kita ini kan bhinneka tunggal ika, berbeda-beda tetapi satu. Kita menginginkan persatuan dan kesatuan. Itu yang utama. Kalau kebetulan ada oknum etnis minoritas yang merusak atau melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, jangan langsung digeneralisir,” katanya.
Menyinggung pentingnya menyukseskan Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif, Arwan mengatakan masyatakat sebaiknya tidak berpikir menjadi Golput alias sengaja tidak memilih pada saat pemilihan, karena pilihan mereka akan menentukan nasib rakyat Indonesia secara keseluruhan. (asnawin aminuddin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar