Dari Semiloka di Hotel Clarion Makassar
Ama Saing : Pariwisata adalah "Jembatan"
Peningkatan kerjasama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Afrika Selatan, khususnya kerjasama pariwisata antara Pemprov Sulsel dengan Western Cape (Afrika Selatan) terus menerus diupayakan.
Bidang kerjasama yang telah disepakati antara lain kebudayaan, pendidikan dan latihan (training), pariwisata, serta perdagangan dan industri.
Khusus kerjasama bidang pariwisata, meliputi meliputi empat hal, yakni promosi bersama, paket wisata, pertukaran training, serta kunjungan wisata.
Kegiatan yang telah dilaksanakan yaitu berpartisipasi pada TIME 2006 di Makassar, serta kunjungan wisata ke Sulawesi Selatan oleh rombongan delegasi Western Cape sebanyak tiga kali, sedangkan kegiatan yang akan dilaksanakan yakni pertukaran training, menempati outlet promosi wisata bersama, saler mission, serta farm trip.
Hal tersebut diungkapkan Ir H Tan Malaka Guntur MSi, yang mewakili Gubernur Sulsel, saat tampil sebagai salah seorang pemakalah pada Semiloka Pemanfaatan Kemitraan Strategis RI-Afsel Bagi Provinsi Sulawesi Selatan, di Hotel Clarion, Makassar, Rabu, 9 Juli 2008.
Semiloka diadakan oleh Direktorat Afrika Departemen Luar Negeri RI bekerja sama Pemprov Sulsel dan Universitas Hasanuddin Makassar.
Tan Malaka yang membawakan makalah berjudul “Potensi dan Peluang Investasi Sulawesi Selatan dalam kerangka kerja sama RI Afsel” mengatakan, Sulsel memiliki berbagai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.
Potensi tersebut meliputi potensi geografis (Sulawesi Selatan merupakan pintu gerbang Kawasan Indonesia Timur, pusat lalu lintas udara dan laut antara kawasan barat Indonesia dengan kawasan timur Indonesia-red), potensi sumberdaya manusia (Sulsel pada 2006 berpenduduk 7.629.138 jiwa, penduduk usia kerja 5.257.238 orang, angkatan kerja 3.005.723 orang, serta tenaga kerja 2.738.732 orang.
Selain itu, Sulsel juga memiliki potensi sumberdaya alam, dalam bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan, perikanan dan kelautan, pertambangan, serta pariwisata.
Potensi sumberdaya infrastruktur yang dimiliki Sulsel terutama Bandar Udara Hasanuddin yang bertaraf internasional di Makassar, dan beberapa bandara perintis di kabupaten.
Sementara potensi pariwisata yang dimiliki dan banyak dikunjungi wisatawa mancanegara, antara lain Benteng Ujungpandang (Fort Rotterdam) di Makassar, obyek wisata budaya di Tana Toraja, serta pembuatan kapal tradisional perahu Phinisi, pantai pasir putih Tanjung Bira, dan wilayah adat Ammatoa Kajang di Bulukumba.
Tan Malaka juga menjelaskan tentang empat bidang kerja sama yang telah terjalin antara pemerintah Afrika Selatan dengan Pemprov Sulsel.
Kerjasama bidang kebudayaan yang telah dilakukan yaitu pengembangan Makam Syech Yusuf dan Museum, sedangkan kegiatan yang telah dilaksanakan yaitu renovasi Makam Syech Yusuf.
“Kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu inventarisasi peninggalan sejarah Syech Yusuf, perluasan kawasan makam Syech Yusuf, tukar menukar koleksi, pameran bersama, penelitian jejak kaki Syech Yusuf di Afrika Selatan, serta membentuk tim kerja,” paparnya.
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada Tahun 2008, adalah Culture in Tourism, pembuatan replika benda-benda bersejarah/kerajaan untuk Perpustakaan Balla Lompoa di Cape Town, sedangkan kegiatan untuk Sulsel yaitu kegiatan misi budaya oleh Persatuan Kebudayaan Melayu Afrika Selatan ke Makassar.
Kerja sama bidang pendidikan & pelatihan yang akan dilaksanakan yaitu pelatihan santri di Pesantren IMMIM Makassar dan pertukaran tenaga pengajar dan pelajar antardua provinsi, serta pembentukan Asia Afrika Center.
Kerjasama Perdagangan dan Perindustrian yang akan dilakukan meliputi eksport & tukar informasi di bidang perdagangan, serta mendorong keikutsertaan pada pameran di masing-masing provinsi/negara.
Kegiatan yang telah dilaksanakan yaitu eksport beras, semen, kakao powder, kayu olahan, marmer, batatex, dan dammar, sedangkan kegiatan yang akan dilaksanakan yakni promosi ekspor dan memanfaatkan event promosi dengan membawa Tim Kesenian Sulawesi Selatan untuk Promosi Seni dan Budaya Sulawesi Selatan.
“Pembangunan Sulawesi Selatan harus dipercepat dalam mengejar ketertinggalan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kerja sama Sulawesi Selatan – Western Cape Afrika Selatan harus lebih ditingkatkan dan menguntungkan kedua provinsi dan negara,” tegas Tan Malaka.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulsel, Ama Saing, kepada “Demos” seusai seminar mengatakan, sesuai misinya, pariwisata adalah jembatan untuk berbagai kegiatan kemitraan antarnegara.
“Jadi jembatannya itu adalah pariwisata,” katanya.
Sekretaris PHRI Sulsel yang juga dosen Akademi Pariwisata (Akpar) Makassar, Farid Said, mengharapkan adanya hasil nyata dari upaya peningkatan kerja sama kedua Negara, khususnya antara Pemprov Sulsel dengan pemprov Wertern Cape.
“Hasil nyata itu misalnya terjadinya kunjungan wisata orang-orang Afrika Selatan ke Sulsel dalam jumlah besar, termasuk mengupayakan agar orang-orang kulit putihnya mau mengalihkan kunjungannya dari Eropa ke Sulawesi Selatan, karena mereka itu selalu berlibur ke Eropa pada musim liburan Natal dan Paskah,” sebut Farid.
Hubungan Historis
Mahendra Siregar, Deputi Menko Perekonomian, yang membahas latar belakang
Joint Declaration on Strategic Partnership Indonesia-South Africa; mengungkapkan adanya hubungan historis dan budaya yang kuat antara Sulsel dan Afrika Selatan serta sudah banyak bidang kerja sama yang telah terbina.
“Populasi keturunan orang Sulsel di Afsel lebih dari satu juta orang,” ungkapnya.
Sasaran-sasaran utama pengembangan di Afrika Selatan antara lain pembangunan Rumah Makassar di Afsel yang juga menampung trade center, pusat kesenian dan budaya; peningkatan hubungan antara pemerintah, bisnis, akademik, pemuda, dan sebagainya; serta peningkatan ekspor Makassar ke Afsel sebesar 15 persen per tahun.
Sementara pengembangan di Sulsel antara lain mengembangkan angkutan kargo udara dan laut internasional langsung ke Makassar, pengembangan kemitraan yang sinergis dengan berbagai stakeholders; Kadin dan Kadin Sulsel; perbankan yang sudah berpengalaman di Afrika; perusahaan-perusahaan Indonesia yang sudah berhasil di Afsel;
KBRI/KJRI dan Kedutaan Besar Afsel.
Untuk pengembengan lebih lanjut, kata Mahendra perlu dirumuskan konsep rencana aksi dengan kerangka waktu dan penanggung jawab setiap kegiatan yang jelas;
membentuk tim pemantau; serta melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam implementasi rencana aksi.
Romantisme Masa Lalu
Deddy T Tikson, dari Fisip Universitas Hasanuddin, mengatakan romantisme (hubungan sejarah dan budaya) masa lalu, hendaknya menjadi dasar optimisme masa depan kedua bangsa, khususnya masyarakat Sulawesi Selatan dan Afrika Selatan.
“Hubungan kedua bangsa perlu dibuat lebih produktif yang dirumuskan melalui forward looking policy, untuk mencapai kesejahteraan,” tandasnya.
Menurut dia, perlu kerjasama masyarakat Afsel dan Sulsel untuk perumusan kebijakan hubungan masa depan yang produktif dan penguatan komitmen dalam berbagai bidang.
Kerjasama dapat diwujudkan dalam bidang ekonomi (terutama perdagangan), sosial-budaya, pendidikan, dan Ipteks.
Deddy Tikson juga menyebut bidang-bidang khusus, antara lain pembuatan sekretariat bersama untuk mendukung realisasi dan penguatan kerja sama; pengembangan data-base bersama untuk potensi dan produksi; pengembangan pusat informasi bersama tentang perdagangan, ilmu pengetahuan, budaya dan seni; serta pengembangan organisasi bersama: pemerintah, bisnis dan civil society untuk memajukan kesejahteraan umum kedua bangsa. (asnawin)-- Tabloid Demos, Juli 2008
Semiloka Hasilkan 8 Poin Rumusan
Seminar dan Lokakarya dengan tema “Pemanfaatan Kemitraan Strategis Indonesia-Afrika Selatan Bagi Provinsi Sulawesi Selatan” yang diselenggarakan oleh Direktorat Afrika Departemen Luar Negeri RI bekerjasama Pemprov Sulsel dan Universitas Hasanuddin Makassar, di Hotel Clarion Makassar, 9 Juli 2008, menghasilkan delapan poin rumusan.
Ke-8 point rumusan tersebut adalah :
1. Memanfaatkan hubungan emosional antara Sulsel dan Afrika Selatan bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial budaya kedua negara.
2. Kesepakatan yang telah dituangkan dalam MoU kerjasama provinsi kembar antara Pemprov Sulsel dan Pemprov Western Cape maupun kesepakatan kerjasama-kerjasama lainnya perlu segera ditindaklanjuti pelaksanaannya antara kedua provinsi.
3. Segera menyusun rencana aksi untuk lima tahun (2008-2013) bagi setiap bidang kerjasama yang telah disepakati.
4. Pemprov Sulsel segera membentuk Task Force yang bersifat lintas sektoral yang berfungsi sebagai perencana dan pelaksana action plan kerjasama antara kedua provinsi, serta berfungsi sebagai advocacy dari kerjasama-kerjasama yang akan maupun yang telah dilaksanakan.
5. Menunjuk utusan khusus (special envoy) provinsi Sulsel yang berfungsi sebagai wakil kepentingan masyarakat Sulsel.
6. Mengusulkan penunjukan Konsul Kehormatan pemerintah Afrika Selatan berkedudukan di Sulawesi Selatan.
7. Pemberdayaan keberadaan Pusat Kajian Studi Afrika sebagai pusat data dan informasi Afrika Selatan, serta pengembangan pokok-pokok pemikiran baru terhadap peningkatan hubungan bilateral Indonesia dan negara-negara Afrika.
8. Merealisasikan pendirian Trade Centre Afrika Selatan di Makassar. (asnawin)-- Tabloid Demos, Juli 2008. (asnawin)-- Tabloid Demos, Juli 2008
Win, saya teman anda. Sekian tahun bersama sebagai kuli disket. Waktu itu Asnawin di Harian PR dan saya Redaktur di DEMOs. Tahun 2002 saya " Pulkam " jadi Kades Poleonro, Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone. Sudah lama saya rindukan PR dan baru malam ini, (Rabu,15/7, pukul 01.30 wita) baru menemukannya kembali. Terus berkarya Win. Salam buat teman-teman di DEMOs, Kak Fahmy, Bapak Putra Jaya dll. Titip salam buat Pak Ama Saing.
BalasHapusFrom : Hardi Buhaerah
Desa Poleonro Kecamatan Lamuru, Kabupaten Bone.
E-mail :poleonrodesaku@gmail.com
Trims atas kunjungan dan komentarta di blog Pedoman Rakyat. Saya masih ingat sewaktu bapak keluar sebagai juara lomba penulisan artikel pariwisata sekitar 10 tahun lalu. Itu sering saya jadikan bahan diskusi dengan Pak Mahaji di Tabloid Demos. Saya pernah bantu Pak Putra Jaya di Demos, namun karena terlalu sibuk sejak jadi Humas di Kopertis IX Sulawesi (Jl.Bung, Km, Makassar) dan juga sambil mengajar jurnalistik di Unismuh Makassar dan UIN Alauddin, saya terpaksa tidak bisa lagi membantu beliau. Oh ya, selamat melaksanakan tugas sebagai Kepala Desa. Semoga suskes. Titipan salamnya nanti saya sampaikan kepada Pak Fahmy, Pak Putra Jaya, dll. Oh ya, Pak AmaSaing sekarang menjabat Kepala Badan Arsip Nasional dan Perpustakaan Daerah Sulawesi Selatan. Terima kasih dan selamat bos.....
BalasHapus