Minggu, 12 Juli 2009

Mengenali dan Mengembangkan Harian Pedoman Rakyat




Beberapa puluh tahun lalu, LE Manuhua mampu meneruskan penerbitan, membesarkan, dan turut menjadi besar bersama Pedoman Rakyat. Kita mungkin tidak sehebat almarhum LE Manuhua, tetapi semangatnya bisa kita pakai untuk meneruskan dan membesarkan kembali harian ini.

Semangat almarhum Lazarus Eduard Manuhua ada pada anak-anaknya. Semangat almarhum Lazarus Eduard Manuhua ada para keluarganya. Semangat almarhum Lazarus Eduard Manuhua ada pada kita semua.

 


Mengenali dan Mengembangkan Harian Pedoman Rakyat
(Refleksi Empat Tahun Wafatnya LE Manuhua)


Oleh: Asnawin
(Wartawan/Redaktur Humaniora Pedoman Rakyat)

Pengantar:

Ketika terbit perdana pada hari Sabtu, 1 Maret 1947, Majalah Tengah Boelanan: Pedoman ternyata tidak disenangi Pemerintah Belanda dalam NIT. Pertengahan tahun 1947, Pemerintah Belanda mengeluarkan keputusan mengusir Pimpinan Umum/Redaksi Pedoman, Soegardo dari wilayah NIT.

Pedoman kemudian diteruskan pengasuhnya di bawah pimpinan Henk Rondonuwu sebagai Pemimpin Umum/Redaksi, dan dibantu oleh beberapa reporter muda yang penuh vitalitas, antara lain LE Manuhua.

Di bawah intimidasi Pemerintah Belanda, Henk Rondonuwu bersama LE Manuhua cs, malah berhasil meningkatkan Pedoman dari terbit bulanan menjadi mingguan.

Pada akhir 1948, Pemerintah Belanda kembali melancarkan intimidasi terhadap pers Republikein di daerah ini. Dengan alat judikatif, Belanda menuntut sejumlah penanggung jawab surat kabar, dengan tuduhan menghina Ratu Belanda.

Henk Rondonuwu sebagai penanggung jawab redaksi Pedoman dan Pedoman Harian dihukum penjara tiga bulan. Minggoean Pedoman berhenti terbit untuk sementara, sedangkan Pedoman Harian tetap terbit.

Sejak itulah, Pedoman Harian yang kemudian berganti nama menjadi Pedoman Rakyat, berada di bawah kendali penuh LE Manuhua. Pedoman Rakyat muncul ke permukaan sebagai koran harian terbesar di kawasan timur Indonesia.

Kemunculan harian Fajar yang menggandeng Jawa Pos Group kemudian menggantikan posisi harian Pedoman Rakyat sebagai koran terbesar. Kini harian Tribun Timur juga menjadi pesaing berat, bersama harian Berita Kota Makassar, dan harian Ujungpandang Ekspres.

Oplah dan popularitas harian Pedoman Rakyat terus-menerus mengalami penurunan, apalagi setelah tidak terbit selama kurang lebih 40 hari antara akhir Februari hingga awal April 2007.

Memanfaatkan momentum empat tahun meninggalnya Bapak LE Manuhua pada 25 November 2007, ada baiknya kita semua, pimpinan, wartawan, dan karyawan Pedoman Rakyat, menyatukan pikiran, menyatukan perasaan, dan menyatukan tekad, untuk mengembalikan kejayaan koran kita ini.

Beberapa puluh tahun lalu, LE Manuhua mampu meneruskan penerbitan, membesarkan, dan turut menjadi besar bersama Pedoman Rakyat. Kita mungkin tidak sehebat almarhum LE Manuhua, tetapi semangatnya bisa kita pakai untuk meneruskan dan membesarkan kembali harian ini.

Semangat almarhum Lazarus Eduard Manuhua ada pada anak-anaknya. Semangat almarhum Lazarus Eduard Manuhua ada para keluarganya. Semangat almarhum Lazarus Eduard Manuhua ada pada kita semua.

Kalau kita memang masih menginginkan Pedoman Rakyat tetap eksis berjaya kembali memimpin pasar, minimal di Sulsel, marilah kita menghidupkan semangat almarhum Lazarus Eduard Manuhua.


I. Mengenali Kekuatan dan Kelemahan

A. Kekuatan (Strengths)

Koran kita ini sebenarnya sudah sangat dikenal di tengah masyarakat, khususnya masyarakat Sulawesi Selatan. Harian ini juga sebenarnya telah mendapat tempat tersendiri di tengah masyarakat. Hingga kini masih banyak orang, organisasi, perusahaan, dan instansi yang setia berlangganan Pedoman Rakyat.

Ini merupakan salah satu kekuatan (strengths) Pedoman Rakyat.

Kekuatan lain yang kita miliki yaitu bervariasinya rubrik yang kita tawarkan kepada masyarakat, sehingga segmen pembaca kita lebih luas, mulai dari kalangan pemerintahan, politisi, pengusaha, akademisi, dokter, agamawan, kepolisian, guru, mahasiswa, remaja, ibu-ibu, hingga masyarakat umum.

Sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Harian Pedoman Rakyat juga cukup berkualitas, karena mereka berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, serta latar belakang daerah dan budaya.

Pergaulan kita semua juga cukup luas, baik sebagai pimpinan, wartawan, dan karyawan Pedoman Rakyat, maupun sebagai anggota masyarakat dan anggota berbagai macam organisasi. Dengan pergaulan yang luas itu, pasti ada di antara kita yang memiliki jaringan (network) yang berpotensi membantu harian Pedoman Rakyat.

B. Kendala / Kelemahan (Weaknesses)

Sebelum mengemukakan kelemahan yang ada, saya mohon maaf kepada pimpinan, serta kepada semua wartawan dan karyawan, agar tidak tersinggung atau pun terganggu dengan pemaparan saya. Mohon dengan sangat agar kita berkepala dingin menerima kenyataan yang ada.
Kita harus mengakui bahwa perusahaan tampaknya tidak memiliki dana yang cukup untuk biaya operasional dan untuk melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya, kertas koran sering habis, gaji karyawan rendah/tidak standar, gaji sering terlambat dibayarkan, bahkan pernah gaji tidak terbayarkan hingga kini, dan telepon sering diblokir.

Dengan dana yang minim atau bahkan pas-pasan, tentu saja perusahaan tidak bisa berbuat banyak, padahal banyak sekali yang bisa dilakukan untuk membesarkan harian Pedoman Rakyat.

Jumlah wartawan (termasuk fotografer) yang ada jauh dari cukup untuk ukuran media cetak harian.

Harian Pedoman Rakyat sering terlambat dicetak dan sering terlambat diedarkan kepada pelanggan atau untuk dijual di tempat eceran.

Di sisi lain, pimpinan tidak mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif, serta tidak mampu menciptakan suasana kekeluargaan, padahal sesungguhnya kita semua adalah satu keluarga besar Harian Pedoman Rakyat.

Selain itu, kita juga tidak melakukan promosi secara kontinyu dan belum ada papan reklame harian Pedoman Rakyat yang dipasang di tempat-tempat strategis. Akibatnya, masyarakat tidak mengenal atau perlahan-lahan melupakan nama Pedoman Rakyat.

Sekadar diketahui, perusahaan-perusahaan besar umumnya mengeluarkan dana besar untuk promosi. Malahan ada perusahaan yang mengeluarkan dana sebesar 60 persen dari total pengeluaran keseluruhan. Artinya, pengeluaran terbesar justru pada sektor promosi.


II. Peluang dan Tantangan

A. Peluang (Opportunities)

Diakui atau tidak, nama harian Pedoman Rakyat masih melekat di benak masyarakat, khususnya yang berusia 40 tahun ke atas. Harian Pedoman rakyat masih mendapat tempat tersendiri di tengah masyarakat dan masih banyak pelanggan setia. Ini merupakan peluang yang harus kita manfaatkan.

Variatifnya rubrik yang ditawarkan harian Pedoman Rakyat secara tidak langsung sudah berupaya memenuhi berbagai keinginan pembaca. Segmen pembaca juga bisa lebih luas.

Halaman 6 sebaiknya tidak semuanya rubrik tetap. Cukup hari Jumat dan Sabtu yang diisi dengan rubrik tetap, yakni Mimbar Jumat pada hari Jumat, dan Renungan pada hari Sabtu. Sedangkan hari Senin, Selasa, dan Rabu, isinya berganti-ganti, tergantung kebutuhan dan kerja sama atau kemitraan yang dibangun dengan berbagai pihak, yang menguntungkan kedua belah pihak.
Dalam hal ini, halaman 6 sebaiknya dimanfaatkan untuk menambah oplah atau mendapatkan iklan.

Peluang lain yang kita miliki utuk membesarkan Pedoman Rakyat, yaitu karyawan dan wartawan yang ada, umumnya masih setia bekerja di harian Pedoman Rakyat, karena ada rasa memiliki dan merasa berutang budi.

Pergaulan luas dan jaringan yang dimiliki pimpinan dan karyawan/wartawan, merupakan potensi besar untuk menambah pelanggan dan mencari iklan.

Pergaulan luas dan jaringan yang dimiliki pimpinan dan karyawan/wartawan, juga bisa dimanfaatkan untuk membangun kerja sama promosi secara gratis atau promosi dengan dana yang minim.

Pasar (market) koran di Sulsel sesungguhnya sangat besar. Jumlah penduduk Kota Makassar saja sudah lebih dari satu juta orang, sedangkan secara keseluruhan jumlah penduduk Sulsel diperkirakan berkisar deapan juta orang. Itu merupakan peluang yang sangat besar, apalagi pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota pada beberapa tahun terakhir menggalakkan program ‘’Gemar Membaca’’, serta program pemberantasan buta aksara.

Masyarakat juga semakin haus akan informasi, baik informasi mengenai berbagai peristiwa, maupun informasi tentang berbagai kebijakan pemerintah, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), hasil penelitian, dan lain-lain.

Pertumbuhan dan perkembangan juga memaksa berbagai instansi, perusahaan, bahkan organisasi, untuk berlomba-lomba tampil ke permukaan dan tentu saja mereka membutuhkan media massa untuk tampil dan diiklankan.

Selain itu, banyak praktisi (antara lain praktisi hukum) dan dosen yang menawarkan diri menjadi penulis tetap di harian Pedoman Rakyat, tanpa perlu dibayar.

B. Tantangan / Ancaman (Threats)

Era reformasi telah mendorong tumbuh dan berkembangnya media massa. Jumlah media cetak yang terbit di Kota Makassar kian menjamur, mulai dari koran harian sampai tabloid mingguan dan majalah bulanan.

Media elektronik juga makin banyak dan telah mendapatkan segmen pemirsa masing-masing.

Di tengah pertumbuhan itu, nama Pedoman Rakyat semakin tenggelam. Butuh kerja keras dari kita semua untuk mensosialisasikan kembali harian Pedoman Rakyat kepada masyarakat, baik yang sudah mengenal harian ini, maupun yang belum mengenalnya sama sekali.
Iklim kerja di kalangan karyawan dan wartawan perlu diperbaiki, supaya tercipta suasana kondusif, suasana kebersamaan, dan suasana kekeluargaan.

Gaji dan kesejahteraan karyawan harus ditingkatkan dan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan hidup masa kini, karena mustahil karyawan dan wartawan bisa bekerja dengan baik, kalau pikirannya bercabang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Gaji yang ada sekarang jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dan itupun sering terlambat dibayarkan.

Gaji wartawan dan karyawan idealnya minimal Rp 2 juta per bulan, agar mereka bisa lebih fokus bekerja dan pikirannya tidak bercabang lagi untuk mendapatkan tambahan pendapatan.

Direksi dan Komisaris perlu mencari dana segar untuk menyuntik perusahaan. Kalau perlu, cari investor baru untuk mempertahankan eksistensi harian Pedoman Rakyat.

Sebagai koran pertama dan tertua di Sulawesi Selatan, harian Pedoman Rakyat sebenarnya sangat dicintai oleh masyarakat dan mereka pasti akan marah kalau Pedoman Rakyat hilang dari peredaran. Itu sudah terbukti ketika harian ini tidak terbit selama kurang lebih 40 hari antara Februari hingga awal April 2007.

Harian lain boleh bermunculan dan tampak berjaya, tetapi Pedoman Rakyat adalah ikonnya koran Sulawesi Selatan. Masyarakat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten se-Sulsel pasti akan bangga kalau Pedoman Rakyat bisa berjaya kembali.


III. Pengembangan

Berbicara pengembangan, mau tidak mau kita juga harus berbicara tentang data, yang didasarkan pada hasil survey dan penelitian.

Data yang paling perlu kita miliki, antara lain oplah, jumlah pelanggan, pemetaan pelanggan (berdasarkan latar belakang profesi, status, instansi, perusahaan, budaya, dan etnis), serta perubahannya setiap minggu dan setiap bulan, termasuk jumlah uang yang masuk ke kas peruhasaan dari sektor pelanggan dan eceran.

Data lain yang harus kita miliki, yaitu para pemasang iklan tetap, pelanggan tidak tetap, pelanggan lepas, serta jumlah uang masuk ke kas perusahaan dari sektor iklan.

Badan atau Bagian Litbang (Penelitian dan Pengembangan) juga juga harus memiliki data tentang hari-hari besar nasional dan hari-hari besar keagamaan untuk dimanfaatkan sebagai lahan menambah oplah, menambah iklan, dan menambah pemasukan kas.

Tugas lain yang harus dilaksanakan Badan/Bagian Litbang, yaitu mendapatkan jumlah instansi pemerintah, perusahaan perbankan, perusahaan travel, hotel, perguruan tinggi, sekolah, organisasi, dan lain-lain, sebagai peluang pasar harian Pedoman Rakyat.
Di sisi lain, bagian sirkulasi juga harus bekerja maksimal agar koran kita bisa sampai ke tangan pelanggan sepagi mungkin, karena koran kita adalah harian pagi, bukan harian sore. Selain, bagian sirkulasi sedapat mungkin menghindari adanya pelanggan fiktif atau pelanggan liar, serta meminimalkan jumlah keluhan karena keterlambatan atau pelanggan tidak menerima koran.

Berdasarkan data yang kita miliki, perusahaan bisa melakukan berbagai langkah untuk pengembangan, baik untuk menambah jumlah pelanggan dan jumlah pengiklan, maupun untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Untuk itu, pimpinan perusahaan harus melakukan pertemuan setiap pagi dan sore/malam. Pertemuan pada pagi hari (antara pukul 07.00 Wita s/d pukul 08.00 Wita) untuk membicarakan target dan rencana kerja harian, sedangkan pertemuan pada sore atau malam hari untuk mengevaluasi hasil dari target dan hasil kerja harian.

Demi lancarkan pertemuan pada pagi dan sore/malam hari, setiap kepala bagian harus sudah menyiapkan target, rencana, dan laporannya sebelum pertemuan dimulai.

Hasil pertemuan setiap hari harus dicatat dan dibukukan oleh sekretaris perusahaan, yang selanjutnya menjadi bahan kajian atau bahan penelitian dari Badan/Bagian Litbang.

Selain pertemuan harian, Direktur Utama juga harus mengadakan pertemuan mingguan, atau pertemuan bulanan untuk melakukan evaluasi, berdiskusi dengan wartawan dan karyawan, serta membuat perencanaan. Sekali lagi, sekretaris perusahaan harus berperan untuk mencatat dan membukukan hasil pertemuan sebagai konsep dan data bagi perusahaan.

Ingat, catatan, konsep, dan data yang ada sangat diperlukan demi kelanjutan dan eksistensi perusahaan, karena kita semua akan mati dan digantikan oleh generasi penerus. Prinsip pengembangan perusahaan sebenarnya sama, yakni bertumpu kepada data dan informasi, berdasarkan hasil survey dan penelitian.

Bagian atau Badan Litbang juga wajib melakukan survey atau penelitian setiap ada pelanggan yang berhenti berlangganan, dan pengiklan tetap yang tidak lagi memasang iklan di harian ini, atau pengiklan yang tidak memasang iklannya di harian ini tetapi memasang iklan di koran lain.

Pemimpin perusahaan, dan kepala bagian iklan juga harus senantiasa menjalin komunikasi yang baik dengan para pengiklan, baik melalui telepon, surat ucapan selamat (ulang tahun, hari raya, dan lain-lain), maupun dengan mengajak mereka makan siang atau minum kopi, dan sebagainya.

Untuk meningkatkan kemampuan dan menambah wawasan para wartawan dan karyawan, sedapat mungkin Direktur Utama mengundang pakar atau praktisi untuk memberikan penyegaran, minimal sekali dalam tiga bulan.
Bila perlu, perusahaan mengirim karyawan dan wartawan secara bergiliran untuk mengikuti berbagai kegiatan seminar, diskusi, lokakarya, atau pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan perusahaan.

Ingat, wartawan dan karyawan adalah aset, bukan alat atau pelengkap yang bisa diganti setap saat. Setiap wartawan dan karyawan punya potensi, punya kemampuan, dan punya kekuatan yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk pengembangan dan kemajuan perusahaan.

Untuk menjaga dan menambah semangat kerja wartawan dan karyawan, perusahaan diharapkan membuat target kenaikan gaji minimal sekali dalam setahun, di samping tetap memberikan uang bonus ulang tahun perusahaan, tunjangan hari raya (THR), serta bonus akhir tahun sebagaimana dilakukan almarhum LE Manuhua ketika Pedoman Rakyat masih berjaya.

Yang tak kalah pentingnya, perusahaan harus senantiasa melakukan promosi melalui berbagai media (baliho, spanduk, pamflet, dan lain-lain), serta dengan memanfaatkan berbagai kesempatan (ulang tahun perusahaan, hari raya, seminar, penerimaan mahasiswa baru, penerimaan siswa baru, mengadakan kegiatan, dan lain-lain). Dalam hal ini, bagian promosi harus proaktif.

Pengalaman selama ini, apapun yang dilakukan oleh redaksi dan bagaimana pun bagusnya isi koran, masyarakat tetap tidak akan tahu dan tidak akan membeli atau berlangganan Pedoman Rakyat, karena tidak adanya promosi koran.

Mengharapkan masyarakat, khususnya pelanggan, untuk mempromosikan koran kita kepada orang lain, relatif mustahil. Tidak mungkin pelanggan bertambah, dan tidak mungkin oplah bertambah secara signifikan, kalau tidak ada promosi.

Penutup

Ada pepatah yang mengatakan; ‘’seribu teman belumlah cukup, tetapi satu musuh sudah terlalu banyak’’. Pepatah lain mengatakan; ‘’jangan lihat siapa bicara, tetapid dengar apa katanya.’’

Saya berharap kita semua jangan mencari musuh dan sebaliknya harus menambah teman. Kita juga tidak boleh memandang enteng orang lain hanya karena posisinya yang lebih rendah atau karena tidak punya uang, tetapi lihatlah semua orang sebagai manusia utuh yang sama dengan kita dan masing-masing memiliki kelebihan.

Mudah-mudahan tulisan atau konsep ini bermanfaat. Lebih kurangnya mohon dimaafkan.

Makassar, 25 Juli 2007
Wassalam : Asnawin
(Catatan: tulisan ini saya buat sbg wujud keprihatinan dan keinginan saya untuk melihat harian Pedoman Rakyat dapat berjaya kembali, tapi ternyata tulisan ini tak sempat diperbanyak dan hanya menjadi catatan pribadi. Harian Pedoman Rakyat akhirnya “wafat” pada 3 Oktober 2009. Tulisan ini saya publikasikan sebagai kenangan, tapi semoga ada manfaatnya.)

2 komentar:

  1. artikel ini juga dapat dibaca di http://modelayu.com/, 12 Juli 2009

    BalasHapus
  2. terima kasih pak asnawin! saya cucunya Pak Manuhua. Walaupun banyak masalah, saya masih berharap suatu saat Pedoman Rakyat bisa terbit lagi, tentu dengan orang2 yang luar biasa. thx

    BalasHapus