Museum Indonesia di TMII dibangun dengan Arsitektur Bali, merupakan museum etnologi yang memajang berbagai artefak dan cara hidup suku bangsa di Indonesia. (Foto: Gunawan Kartapranata; Sumber: Wikipedia.org)
------------
Dari Acara Sosialisasi Museum (4-habis):
Museum Mendatangi Pengunjung
Koleksi museum adalah kumpulan benda-benda peninggalan sejarah, alam, dan warisan budaya sebagai sumber penelitian ilmiah, disimpan, dirawat, dan dipamerkan.
Berdasarkan UU No 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, pasal 40 disyaratkan bahwa benda-benda cagar budaya dapat disimpan di museum.
''Artinya museum mendapat kepercayaan sebagai penyelamat benda-benda budaya yang menjadi koleksinya. Karena itu, pengelola museum wajib mendalami ilmu konservasi,'' tandas Drs Muh Masrury Hamusta.
Dia menjelaskan bahwa konservasi adalah suatu upaya atau tindakan untuk melindungi sesuatu dari bahaya atau kerusakan.
Beberapa faktor yang dapat mengubah kondisi atau yang dapat merupakan gangguan, bahkan kerusakan pada pelbagai benda koleksi museum, antara lain iklim dan lingkungan, cahaya, serangga, mikroorganisme, pencemaran atmosferik, penanganan koleksi, dan bahaya api.
''Perawatan koleksi museum dalam praktiknya dilaksanakan oleh para konservator yang mempunyai keahlian di bidang ilmu kimia, fisika, biologi, dan ilmu pengetahuan alam,'' tuturnya.
Penyajian Koleksi
Salah satu pameo di kalangan permuseuman dewasa ini berbunyi; bila pengunjung tidak datang ke museum, maka museum akan mendatangi pengunjung.
Pengunjung museum ada dua macam. Pertama yaitu para kolektor, seniman, para perancang, ilmiawan, dan mahasiswa, yang karena latar belakang sosialnya seakan-akan ada hubungan tertentu dengan koleksi museum, dan bahwa kunjungan mereka ke museum itu sudah direncanakan semula dengan motivasi yang jelas.
''Tanpa bantuan dan penjelasan dari siapa pun, mereka dapat memahami hal-hal yang berkenaan dengan koleksi yang terdapat di museum,'' jelas Masrury.
Jenis pengunjung kedua, yaitu mereka yang biasanya datang ke museum tanpa tujuan tertentu. Jika suatu ketika mengunjungi museum dengan iseng atau prakarsa spontan, mereka kembali pasif, tidak punya motivasi yang kokoh untuk tetap menjadi 'langganan' museum.
Penyajian koleksi museum yang paling tepat ialah dengan pameran, baik dalam bentuk pameran tetap, pameran khusus, maupun pameran keliling.
''Untuk pelbagai bentuk pameran itu, kita perlu menguasai perlbagai teknik pameran,'' kata Masrury.
Teknik pameran adalah suatu pengetahuan yang meminta fantasi, imajinasi, daya improvisasi dan keterampilan teknis, serta artistik tersendiri.
''Ini harus ada pada setiap preparator atau ahli teknik pameran,'' ujarnya.
Sebelumnya, preparator harus berkonsultasi dengan kurator yang memberikan segala informasi tentang dasar dan tujuan pameran, tentang data informasi mengenai koleksi.
''Preparator juga perlu berkonsultasi dengan edukator yang akan menerjemahkan bahasa koleksi kepada pengunjung, khususnya rombongan pelajar atau kelompok-kelompok pengunjung tertentu,'' urai Masrury. (asnawin/pr)
Keterangan:
--Tulisan ini dimuat di Harian Pedoman Rakyat, Makassar, Kamis, 5 Juli 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar