Minggu, 12 Juli 2009

Kurator adalah Jiwanya Museum




Koleksi adalah benda mati, tetapi benda itu akan hidup bila dikelola dengan baik oleh kuratornya. Benda itu akan berbicara tentang dirinya dan tentang manusia pendukungnya. Para pencinta museum sering mengatakan bahwa kurator adalah jiwa atau jantung museum, preparasi dan konservasi adalah anggota tubuhnya, sedangkan edukator adalah wajahnya. (Foto: thesukarnocenter.com)




--------------

Dari Acara Sosialisasi Museum (Bagian 3):

Kurator adalah Jiwanya Museum



Setelah dirawat dan diawetkan, benda-benda di museum harus diteliti dengan cermat untuk mengetahui makna (meaning), fungsi (fungction), dan nilai (value) yang terkandung di dalamnya.

Keterangan-keterangan yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian koleksi museum tersebut sangat diperlukan untuk penyajian (pameran) sebagai bahan informasi kepada pengunjung.

''Kalau perlu, hasil penelitian itu dapat diterbitkan berupa brosur, buku, atau lembaran-lembaran informasi yang dapat dibagikan kepada pengunjung,'' tutur Yamin.

Tujuan utama dalam penelitian benda-benda koleksi museum yaitu untuk mengungkapkan tentang tingkat dan kemampuan budaya bangsa di masa lampau, karena benda-benda budaya tersebut merupakan kunci untuk mengetahui kebudayaan masyarakat pendukungnya.

''Pengetahuan itu sangat penting dalam pembinaan kepribadian dan ketahanan nasional, khususnya di bidang budaya,'' katanya.

Kegiatan pengelolaan yang bersifat perawatan, pengawetan, dan penelitian, dikategorikan sebagai kegiatan di belakang layar yang merupakan tugas utama para kurator dan preparator konservator.

Setelah benda-benda koleksi museum naik pentas atau dipamerkan untuk masyarakat, maka tibalah saatnya kegiatan bimbingan kepada pengunjung, baik perorangan maupun kelompok.

''Kegiatan bimbingan edukatif kultural ini disebut kegiatan di depan layar yang menjadi tugas utama dari edukator atau instruktur museum,'' papar Yamin.

Pameran dan Bimbingan

Pameran museum berbeda dibanding pameran dagang. Pameran dagang bertujuan membuat pengunjung mengenal barang yang dipajang dan tertarik untuk membeli/memilikinya, sedangkan pameran koleksi museum bertujuan memperkenalkan untuk diketahui, diteliti, dan dinikmati.

''Pameran yang diadakan museum harus indah dan menarik, serta terikat pada konsep pesan dan tema yang akan disampaikan kepada masyarakat,'' tutur Yamin.

Selain berpameran, museum dapat pula mengadakan kegiatan bimbingan khusus kepada pengunjung yang berminat tentang satu jenis keterampilan atau kerajinan tangan, misalnya bimbingan kepada siswa atau anak-anak yang ingin mengetahui tentang penggunaan alat bunyi-bunyian tradisional seperti kecapi atau suling.

Koleksi adalah benda mati, tetapi benda itu akan hidup bila dikelola dengan baik oleh kuratornya. Benda itu akan berbicara tentang dirinya dan tentang manusia pendukungnya.

''Benda-benda koleksi museum adalah kunci untuk mengetahui kebudayaan suatu bangsa, karena benda-benda itu merupakan simbol dari aspek-aspek kebudayaan manusia pendukungnya,'' urainya mengutip tulisan Prof Dr A A Gerbrands, 1979.

Para pencinta museum sering mengatakan bahwa kurator adalah jiwa atau jantung museum, preparasi dan konservasi adalah anggota tubuhnya, sedangkan edukator adalah wajahnya.

Pengunjung, kata Yamin, adalah manusia yang hidup, mempunyai keinginan, kebiasaan, cita-cita, kemampuan ekonomi, dan pendidikan yang berbeda. Semua harus mendapatkan pelayanan. Mereka datang ke museum dengan bermacam-macam motivasi.

''Ada yang ingin menambah pengetahuan, ada yang ingin menghayati benda-benda koleksi tertentu, ada yang ingin menikmati keindahan benda-benda koleksi tertentu, ada pula yang datang hanya ingin berekreasi,'' urainya. (asnawin/pr)

(Dimuat di Harian Pedoman Rakyat, Makassar, Rabu, 4 Juli 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar