Sabtu, 17 Juli 2010

Negeri Mimpi

Mereka pun gembira membuat ramalan tentang calon juara Piala Dunia Sepak Bola Antar-negeri. Pada Piala Dunia kali ini, sebagian besar rakyat Negeri Mimpi meramalkan dua tim sebagai calon juara, yakni tim “Berhasil” dan tim “Ambisius.”









------

Sabtu, 17 Juli 2010

 

Negeri Mimpi

 

Oleh: Asnawin

 

Tersebutlah sebuah negeri bernama Negeri Mimpi. Namanya juga negeri mimpi, maka penduduk di negeri itu senang bermimpi. Mereka bukan hanya bermimpi di kala tidur, melainkan juga bermimpi di kala terjaga.

Mereka akan marah kalau mimpi-mimpinya terganggu, apalagi jika sengaja diganggu. Maka kalau Anda kebetulan berkunjung ke Negeri Mimpi, jangan coba-coba membangunkan siapa pun kalau orang itu sedang tidur. Biar pun Anda dan orang itu sudah begitu akrab.

Selain senang bermimpi, penduduk Negeri Mimpi juga suka meramal dan senang berjudi. Mereka selalu membuat ramalan. Mereka pun selalu berjudi dengan ramalan tersebut.

Mimpi-mimpi mereka, serta kesenangan mereka meramal dan berjudi semakin menjadi-jadi manakala ada event besar, seperti kejuaraan sepak bola antar-negeri yang lebih dikenal dengan sebutan Piala Dunia Sepak Bola Antar-negeri.

Para orangtua begitu bahagia menyaksikan pertandingan sepak bola Piala Dunia, apalagi kalau pemain bintang kesayangannya bermain. Mereka pun memimpikan anak-anak mereka kelak dapat bermain bola dan terkenal di seantero negeri.

Anak-anak juga bermimpi menjadi pemain terkenal dan dibayar mahal. Sayangnya mimpi-mimpi para orangtua dan anak-anak di Negeri Mimpi tidak akan mungkin terwujud, karena mereka hanya bermimpi dan tidak pernah berupaya. Mereka tidak punya upaya sama sekali.

Banyak juga anak-anak, remaja, mahasiswa, dan orang dewasa yang bermain dan atau berlatih sepak bola, tetapi bukan di lapangan rumput asli yang lebar di udara terbuka, melainkan di lapangan karpet atau lapangan rumput buatan di dalam ruangan tertutup yang panas atau ruangan ber-AC.

Permainan sepak bola dengan ukuran lapangan yang kecil itu disebut futsal. Meskipun tidak mungkin melahirkan pemain sepak bola yang hebat, terkenal, dan dibayar mahal, mereka tetap bahagia dengan mimpi-mimpi mereka.

Mereka pun gembira membuat ramalan tentang calon juara Piala Dunia Sepak Bola Antar-negeri. Pada Piala Dunia kali ini, sebagian besar rakyat Negeri Mimpi meramalkan dua tim sebagai calon juara, yakni tim “Berhasil” dan tim “Ambisius.”

Ada beberapa alasan mengapa mereka menjagokan kedua tim tersebut, antara lain karena kedua tim tersebut sudah beberapa kali juara Piala Dunia, dan banyak pemainnya yang sedang menjadi “buar bibir” karena permainannya yang begitu menawan.

Mereka menggelar nobar alias nonton bareng di warung kopi, di pinggir jalan, di lapangan terbuka, hingga di hotel mewah, sambil berjudi dengan taruhan uang, mulai dari ratusan fulus (mata uang resmi di Negeri Mimpi), ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, jutaan, puluhan juta, hingga miliaran fulus.

Ada yang berjudi secara “tulus”, tetapi ada juga yang berjudi dengan memakai akal bulus. Mereka begitu menikmati berjudi sambil menyaksikan pertandingan sepak bola Piala Dunia. Tak peduli kalah atau menang. Juga tak peduli dengan kesehatan mereka, karena harus begadang menyaksikan siaran langsung Piala Dunia melalui layar televisi pada pukul 02.30 hampir setiap malam selama satu bulan penuh.

Memasuki babak perempatfinal Piala Dunia, rakyat Negeri Mimpi semakin gembira karena tim “Berhasil” dan tim “Ambisius” melaju dengan mulus. Kedua tim tersebut selalu menang meyakinkan mulai dari babak penyisihan hingga perempatfinal.

Mereka pun semakin yakin bahwa kedua tim tersebut akan bertemu di final. Pada babak delapan besar, tim “Berhasil” berhadapan dengan tim “Balada”, sedangkan tim “Ambisius” berhadapan dengan tim “Jerami.”

Hampir tidak ada orang di Negeri Mimpi yang menjagokan tim “Balada” dan tim “Jerami”. Mereka tetap memimpikan dan meramalkan tim “Berhasil” dan tim “Ambisius” bakal melaju ke semifinal.

Ketika tim “Berhasil” bertanding melawan tim “Balada”, hampir semua penduduk Negeri Mimpi menyaksikan pertandingan tersebut melalui siaran langsung di televisi. Mulai anak-anak sampai orang tua. Laki-laki maupun perempuan.

Baru beberapa menit pertandingan dimulai, tim “Berhasil” sudah mencetak gol ke gawang lawan. Penduduk Negeri Mimpi pun bersorak gembira dan yakin bahwa tim favorit mereka akan menang dengan skor telak. Skor 1-0 bertahan hingga babak pertama berakhir.

Baru beberapa menit memasuki babak kedua, tim “Balada” menyamakan kedudukan melalui gol bunuh diri pemain “Berhasil”. Tim “Balada” kemudian menambah golnya beberapa menit menjelang berakhirnya pertandingan. Akhirnya pertandingan dimenangi tim “Balada” dengan skor 2-1.

Penduduk Negeri Mimpi pun hanya bisa terdiam dan menyesali kekalahan tim favorit mereka, tetapi tidak sedih, karena mereka masih punya mimpi yang lain. Mereka memimpikan tim “Ambisius” mengalahkan tim “Jerami”, kemudian menang di semifinal dan akhirnya keluar sebagai juara Piala Dunia.

Saat kedua tim berhadapan, lagi-lagi hampir semua penduduk Negeri Mimpi menyaksikan pertandingan tersebut melalui siaran langsung di televisi. Mulai anak-anak sampai orang tua. Laki-laki maupun perempuan.

Berbeda dibanding pertandingan-pertandingan sebelumnya, penampilan tim “Ambisius” kali ini terlihat kurang meyakinkan. Pada babak pertama, tim “Ambisius” kalah 0-1, tetapi penduduk Negeri Mimpi yakin bahwa pada babak kedua tim favorit mereka akan menang.

Memasuki babak kedua, bukannya membalas kekalahan, malah sebaliknya gawang tim “Ambisius” justru kemasukan tiga gol lagi, sehingga mereka kalah telak dari tim “Jerami” dengan skor 0-4.

Dengan kekalahan dua tim favorit mereka, maka buyarlah mimpi-mimpi dan gugurlah ramalan sebagian besar rakyat Negeri Mimpi. Namun dasar karena mereka umumnya memang tukang mimpi, senang meramal, suka bermain judi, dan selalu punya akal bulus, maka mereka pun segera melupakan mimpi-mimpi yang sudah buyar dan ramalan yang sudah gugur. Mereka lalu membuat mimpi-mimpi dan ramalan-ramalan baru, serta kembali berjudi dengan taruhan uang ratusan hingga miliaran fulus.***

 

-----

Dimuat di Tabloid LINTAS Makassar, Edisi 14, Minggu I & II Juli 2010

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar