-------------------
Ujian “Kesabaran” Berujung Pujian
Oleh: Rahmawati
(Mahasiswa Prodi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Alauddin, Makassar)
-----------------
"Ke Jakarta? Kamu yakin?"
Kalimat itu masih terngiang jelas di pikiranku, bahkan ketika aku dan 20 teman yang lain sudah berada di ibu kota negara tercinta, Jakarta. Tepatnya di pertengahan bulan Oktober 2013.Tak menyangka mampu menginjakkan kaki di kota impian semua orang, kota yang dulunya hanya angan-angan buatku.
Siang itu Minggu (20/10/2013), sekitar pukul 12.00 WITA, perasaan cemas masih menghinggapi. Pasalnya, pihak program "Dahsyat", RCTI belum memberikan kepastian atas rencana kedatangan kami untuk keesokan harinya, semua terasa simpang siur. Padahal kesepakatan sebelumnya, rombongan kami akan bertandang ke studio "Dahsyat", pada pukul 06.00 WIB.
Meski begitu, komunikasi via handphone terus dilakukan. Pada akhirnya, kepastian itu datang dari Dosen pendamping, bahwa pihak "Dahsyat" telah mengiakan kedatangan kami. Alhamdulillah, kata itu menukik dalam hatiku. Semua menjadi jelas dan terang, tambahku, dengan perasaan yang sedikit lega.
Waktu terasa cepat berlalu, jarum jam menunjuk titik 13.00 Wita, aku pamit dengan tante, sebagai sosok pengganti orangtua selama berada di rantauan demi mencari ilmu. Terbersit perasaan sedih, ingin rasanya mencium tangan kedua orangtua sebagai tanda permintaan restu akan meninggalkan kota Makassar untuk sementara waktu demi mengejar ilmu di tempat lain. Sayang, lagi-lagi itu hanya angan-angan.
Menunggu kedatangan teman seorang diri, sekitar dua jam, di depan Kampus I UIN Alauddin Makassar, tentu bukanlah waktu yang cukup singkat. Terkadang bosan menghinggapi, tetapi semua terasa indah saat membayangkan sudah berada di Jakarta. Pilihan untuk menunggu adalah yang tepat harus kulakukan saat itu, menunggu kedatangan teman yang kebetulan mempunyai kendaraan dan saya pun meminta “nebeng” ke bandara.
Sampai di Bandara Hasanuddin Makassar, muncul perasaan bahagia menyaksikan wajah teman-teman yang terlihat begitu sumringah. Sekitar pukul 16.00 Wita, kami akhirnya melakukan check in dan melewati serangkaian pemeriksaan petugas bandara.
Bayangan kota Jakarta nan indah lengkap dengan gedung-gedung pencakar langit nan mewah, tugu Monumen Nasional (Monas) yang menjadi pusat wisata, berikut kemacetan jalannya adalah serangkaian bayangan di angan siap menjadi kenyataan, terhitung hanya dua jam lagi impian itu menjadi nyata, begitu kira-kira anganku melayang-layang saat berada di pesawat.
Kunjungan ke Jakarta merupakan rangkaian dari Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Mahasiswa jurusan Jurnalistik angkatan 2010, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar. Memang, PPL di luar kota tak pernah dilakukan semenjak jurusan ini berdiri tahun 2005 silam.
Kegiatan yang berlangsung selama satu minggu itu menjadi pembuktian akhir dari ujian kesabaran. Jawaban dari setiap tantangan dan rintangan yang harus kami lewati.
“Kenapa jauh-jauh PPL ke Jakarta? Di Makassar juga bisa,” ujar salah seorang pendidik saat berbagi informasi seputar keberangkatan Kami ke Jakarta.
Sontak muncul perasaan kecewa, tetapi hal itu tak mengurangi semangat kami. Semangat itu justru terasa semakin menyala saat mengetahui pihak-pihak yang akan menerima kami di Jakarta menyambut dengan baik.
“Terima kasih emailnya sudah diterima dengan baik dan sudah kami teruskan ke TV-One,” kata Suharto, Public Relation Antv, saat membalas email surat permohonan kunjungan yang telah dikirim.
Pada akhirnya impian itu menjadi kenyataan. Hari kedua, kunjungan kami disambut antusias pihak TV-One. Mereka mengajak untuk melihat langsung proses produksi dan siaran program Kabar Siang. Selain itu, hal yang tak kalah membanggakan adalah menjadi bagian dari program yang kini banyak digemari, Indonesia Lawyer Club (ILC) yang dipandu wartawan kawakan, Karni Ilyas.
Sebelumnya, rombongan kami juga mendapat tempat khusus untuk melihat langsung program musik favorit saat ini dengan jumlah penonton (rating) tertinggi, program Dahsyat yang tayang di stasiun RCTI.
Apa yang kami saksikan di dua stasiun televisi bersiaran nasional ini, menjawab rasa penasaran dan ribuan pertanyaan di benak. Betapa tidak, selama ini ketika mengunjungi stasiun televisi lokal, yang Kami lihat adalah peralatan dan personil yang seadanya. Kadang-kadang, mereka harus melakukan pekerjaan di saat bersamaan. Misalnya, ketika Produser harus melakukan pekerjaan Floor Directoor (FD) di saat yang sama. Suatu pekerjaan yang dianggap terkesan tak profesional dan dipaksakan. Namun, alasan mereka karena kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM).
Fenomena televisi lokal tentu berbeda dengan media elektronik bersiaran nasional. Semua dikerjakan profesional sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tugas Produser adalah memimpin seluruh tim produksi sesuai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Sedangkan seorang FD merupakan pimpinan di studio, ia bertugas sebagai telinga, mata, dan mulut seorang Program Directoor. FD bertugas pula berkomunikasi dengan para pengisi acara.
Perbedaan itu juga terlihat jelas pada kompetensi atau SDM yang dimiliki setiap crew. Seperti yang terlihat pada stasiun Trans-TV dan Trans-7. Mereka yang bekerja di dua stasiun program komedi Yuk Kita Sahur (YKS) ala Trans TV, juga didukung tenaga-tenaga muda yang kreatif.
Tidak hanya di industri pertelevisian, industri medium elektronik yang juga mengedepankan kerja profesional dan kreatif ada pada Radio. Radio harus mampu bertahan di tengah persaingan industri media massa yang ada. Inovasi program terus dilakukan demi menarik perhatian pendengar lebih-lebih pengiklan.
Hari itu, Kamis (24/10/2013), hujan rintik di tengah kepadatan lalu lintas ibu kota Jakarta tak menghalangi semangat kami bertemu pimpinan I-Radio Jakarta. Meski terlambat beberapa jam dari jadwal yang telah ditetapkan akibat terjebak macet, ternyata pihak I-Radio menyambut dengan penuh kehangatan.
Sekitar pukul 20.00 WIB, kami tiba di lantai delapan gedung Sarinah Thamrin, Jakarta Pusat, lokasi I-Radio mengudara. Sesaat kemudian, Kami disambut Program Directoor, I-Radio, Nino Budiyanto. “ Suatu kebanggaan, teman-teman dari Makassar memilih I-Radio sebagai salah satu lokasi kunjungan, “ kata pria bertubuh tambung itu.
Perjalanan kami memang tak berhenti pada media elektronik, tetapi juga ke media cetak dan media online. Saat itu, Kami tak lupa mengunjungi surat kabar terbesar ketiga di Indonesia, koran Seputar Indonesia (Sindo) dan media online-nya sindonews.com. Sungguh petualangan mencari pengetahuan yang tak akan terlupakan.
Menjelang akhir petualangan, cuaca langit Jakarta hari itu terlihat mendung bahkan hujan sempat turun. Lagi-lagi tak ada kata untuk patah semangat. Rasa lelah terbayar dengan petualangan di tempat berbeda. Yah, apalagi kalau bukan petualangan menikmati pusat-pusat wisata dan belanja kota metropolitan ini.
Kesabaran kami menghadapi tantangan menjelang keberangkatan hingga berada di lokasi kunjungan seolah terbayar dengan hasil yang didapatkan. Maka, kalimat “ Permintaan kamu aneh!, surat itu harus yang rapi, mulai dari kalimatnya, spasi, rata kiri dan kanannya, soalnya ini mau dikirim ke Jakarta kan?, atau ungkapan, ke Jakarta? Kamu yakin?, seolah terjawab dengan euforia yang Kami berikan, hingga kunjungan Kami pun menjadi buah bibir di kampus.
-----------------------
[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan Anda di blog "Pedoman Rakyat"]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar