Senin, 20 Agustus 2007

Mengenang Detik-detik Proklamasi (1):


PROKLAMASI. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah. Naskah proklamasi dibacakan oleh Ir Soekarno, didampingi oleh Drs Muhammad Hatta, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta Pusat.





Mengenang Detik-detik Proklamasi (1):
Syahrir Desak Soekarno Proklamasikan Kemerdekaan

Enam puluh dua tahun lampau, tepatnya pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Pasti masih banyak yang mengetahui peristiwa tersebut, baik lewat cerita dari mulut ke mulut, lewat seminar dan diskusi, melalui buku sejarah, maupun melalui koran dan media massa lainnya.

Tetapi untuk lebih menyegarkan kembali ingatan kita semua, sekaligus membangkitkan semangat nasionalisme dan patriotisme, tak ada salahnya kami memuat peristiwa tersebut yang dikutip dari www.wikipedia.org.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, atau 17 Ramadan 1365 Tahun Hijriah.

Naskah proklamasi dibacakan oleh Ir Soekarno, didampingi oleh Drs Muhammad Hatta, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta Pusat.

Ada beberapa peristiwa sebelum proklamasi yang perlu dicatat dalam sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa kita.

Pada 6 Agustus 1945, sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima di Jepang, oleh Amerika Serikat.
Pada 7 Agustus 1945, BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Pada 9 Agustus 1945, sebuah bom atom kembali dijatuhkan oleh Amerika Serikat, di atas Kota Nagasaki dan akhirnya Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya.

Soekarno dan Hatta selaku pimpinan PPKI, dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam, untuk bertemu Marsekal Terauchi.
Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

Pada 10 Agustus 1945, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.

Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan yang pro kepada Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat.

Syahrir memberitahu penyair Chairil Anwar tentang dijatuhkannya bom atom di Nagasaki, dan bahwa Jepang telah menerima ultimatum dari Sekutu untuk menyerah.

Syahrir mengetahui hal itu melalui siaran radio luar negeri, yang ketika itu terlarang. Berita ini kemudian tersebar di lingkungan para pemuda terutama para pendukung Syahrir.

Pada 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta, dan Radjiman, bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.

Meskipun demikian, Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Pada 14 Agustus 1945, ketika Soekarno, Hatta, dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan RI, karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang.

Syahrir sementara itu juga menyiapkan pengikutnya yang bakal berdemonstrasi dan bahkan mungkin harus siap menghadapi bala tentara Jepang dalam hal mereka akan menggunakan kekerasan. Syahrir telah menyusun teks proklamasi dan telah dikirimkan ke seluruh Jawa untuk dicetak dan dibagi-bagikan.

Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap.

Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan, karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sebaliknya, Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang. (asnawin/pr)

copyright@Pedoman Rakyat, Makassar, 16 Agustus 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar