Kami bertemu terakhir kali di Warkop Phoenam, Jl Wahid Hasyim, Jakarta, Senin pagi, 4 Juni 2012. Terus terang ada perasaan kurang enak ketika itu, karena Kak Utta (kanan) tampak lain dibanding biasanya. Beliau tampak tidak ceria, meskipun juga tidak murung, tetapi senyumnya tidak seperti biasa dan jelas sekali keceriaannya tidak tampak. (ist)
------------
Obituari:
Pertemuan Terakhir dengan AM Mochtar
Oleh: Asnawin Aminuddin
Ada semacam perasaan bersalah kalau saya tidak menulis tentang sosok almarhum AM Mochtar. Pria kelahiran Desa Marioriwawo, Kabupaten Bone, 17 Agustus 1940 ini, seperti sahabat, kakak, ayahanda. Kami bertemu terakhir kali di Warkop Phoenam, Jl Wahid Hasyim, Jakarta, Senin pagi, 4 Juni 2012.
Kak Utta-sapaan akrab AM Mochtar-yang selalu tampil santai dan mudah bergaul dengan siapa saja, dikenal sebagai pengusaha, pengurus Gapensi Sulsel, seniman, dan budayawan.
Dalam beberapa situs di internet, Kak Utta disebut sebagai budayawan dan penyair yang serba bisa, pengusaha, jurnalis, aktor, sutradara, serta penulis naskah drama, sinetron, dan film. Puluhan karya drama dan sinetron lahir di tangannya, baik yang ditampilkan di stasiun televisi lokal maupun tivi nasional.
Hingga usia 72 tahun sebelum menghembuskan nafas terakhir pada Selasa, 24 Juli 2012, penampilan salah seorang staf ahli Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo bidang kebudayaan dan pariwisata, tetap seperti anak muda. Selalu memakai celana jeans.
Kesan itu juga masih terasa saat kami bertemu terakhir kali di Warkop Phoenam, Jl Wahid Hasyim, Jakarta, Senin pagi, 4 Juni 2012. Saya sudah cukup lama duduk sambil ngopi ketika beliau datang. Kami saling tersenyum. Kami kemudian bersalaman, bertegur sapa, basa-basi sejenak, lalu kembali duduk di meja terpisah.
Kak Utta terlihat agak sibuk dan tidak banyak bicara. Beliau datang bersama seorang pria yg lebih muda, mungkin usianya sekitar 40 tahun. Pria muda itu kemudian keluar sekitar 10 menit lalu kembali lagi. Menjelang siang, saya pamit kepada Kak Utta, kami kembali bersalaman, lalu saya pergi.
Terus terang ada perasaan kurang enak ketika itu, karena Kak Utta tampak lain dibanding biasanya. Beliau tampak tidak ceria, meskipun juga tidak murung, tetapi senyumnya tidak seperti biasa dan jelas sekali keceriaannya tidak tampak.
Selasa, 24 Juli 2012, saya mendengar kabar meninggalnya Kak Utta, di Makassar. Beliau meninggal dunia sekitar pukul 04.30 Wita, di kediamannya, di kawasan Antang, Makassar.
Inna lillahi wainna ilaihi rajiun. Selamat jalan Kak Utta, semoga arwahmu diterima dan mendapat tempat yang mulia di sisi Allah SWT. Aamiinn...
Untuk mengungkapkan isi hatinya atas meninggalnya Kak Utta, seorang seniman menulis seperti ini: "semoga arwah beliau diterima Ilahi/ amin/ dan ... dada ini terasa sesak kala mendapat kabar duka ini di pagi hari/ selamat jalan, Kak Utta/ segala ajaran hidupmu akan tetap terpatri di jiwa kami adik-adikmu/.
Dalam web / blog http://badaruddinamir.wordpress.com/2010/12/05/a-m-mochtar/, tertulis judul karya-karya AM Mochtar, antara lain Esai :
- Transformasi Film dan Sinetron Sebagai Media Pendidikan dan Kebudayaan di Era Otonomi Daerah (makalah)
- Musik Daerah Sulsel di Ambang Keragu-raguan
- Pelacuran di Ujung Pandang, Sebuah Renungan Psikologi
- Menyambut Pameran Foto Terbesar 2000-: Mendorong Apresiasi, Meramaikan Bisnis
- Manakarra, Dimensi Keswadayaan Regional
- Peksimida II BSMI Sulsel: Rekayasa Manipulatif? Dan Juri Tari Kecolongan !
- Turki Modern (Bagian II) : Kekaisaran Byzantine (Bizaitun) di Asia Kecil
- Turki Modern (Bagian IV) : Masa Bizantine di Istambul
- Kebisuan Ikhwal Kreativitas (Kreativitas Berkesenian di Sulsel)
Makasih publisnya om ya saya A.Bayuwali Mochtar yaitu Anak ke3 dari almarhum mewakili keluarga untuk berterima kasih
BalasHapussama2... mdh2an kalian semua sukses...
BalasHapus