Wednesday, October 28, 2009 12:56 PM
From: "Mar diana"
Add sender to Contacts
To: jurnalisme@yahoogroups.com
Cc: mediacare@yahoogroups.com
Apa yang kita pikirkan ketika melihat anak menendang bola? Perasaan senang karena melihat mereka asyik bermain. Mungkin hanya itu yang ada di pikiran kita. Tapi, bagi seorang peneliti pendidikan, Dr. Pamela Phelp, PHd, tak ada yang sia-sia dalam setiap pengalaman anak. Bahkan ketika dia menendang bola saja, banyak perkembangan yang terjadi, yaitu perkembangan motorik, dia belajar konsep diri (self concept), dan bagaimana dia belajar membangun kesehatan fisiknya. Begitu juga seorang bayi, dengan hanya melihat dan mendengar saja, dia sedang banyak belajar. Dalam sebuah penelitian di dapat bahwa terjadi kerja otak yang sangat dahsyat pada bayi yang sedang melihat dan mendengar sesuatu. Subhanallah!
Hal ini disampaikan dalam Konferensi Pendidikan II ‘Learning with Meaning’di hotel Le Meridien, 23-25 Oktober 2009. Konferensi ini diselenggarakan oleh sekolah Al Falah, Kelapa Dua Wetan, rutin setahun sekali. Banyak ilmu yang saya dapat di konferensi tersebut, terutama ilmu tentang dunia anak dan perkembangannya. Ternyata selama ini saya, dan para ibu mungkin telah mengabaikan proses pengalaman yang terjadi dalam diri anak, yang seharusnya didukung jika kita tahu ilmunya. Betapa, masa anak di usia dini itu sangat penting untuk diperhatikan. Pamela, bersama seorang rekannya Dr.Laura Stannard, PHd melakukan penelitian tentang anak usia dini di Creative Center for Childhood Research & Training (CCCRT) selama 40 tahun. Mereka juga menjadi pengajar anak-anak TK di Florida, USA . (Hebat ya, anak TK diajar sama doctor lulusan S3, gimana engga pinter ya anak sana !)
Pamela mengatakan, setiap apapun yang kita lakukan akan mendukung semua area perkembangan dari setiap anak. Dan setiap pengalaman anak membangun semua domain perkembangannya. Contohnya adalah anak yang menendang bola diatas. Karena itu, kita, orang dewasa (orangtua dan guru) harus mengetahui tahapan perkembangan mereka, juga tahapan main mereka. Jadi, harusnya tak ada ibu-ibu yang melarang anak-anaknya bermain kotor, atau para ibu yang over protected melarang anak melakukan ini atau melakukan itu. “Ini bahaya, nak,” atau “Duh, jangan kesitu! “Jangan pegang itu!” Tapi, sebaiknya, arahkan keingintahuan mereka dengan memberikan makna. “Ini fungsinya buat apa?”, buat mereka mengalaminya.
Karena, dari pengalaman anak belajar. Misalnya, ketika anak mencampur air berwarna merah dan kuning, betapa senangnya ketika mereka menemukan warna jingga. Itu adalah sesuatu yang baru bagi mereka, dan proses itu akan diingatnya seumur hidup.
Banyak penelitian-peneliti an yang disampaikan Pamela dan Laura, termasuk penelitian otak. Diantaranya, bahwa anak-anak yang terlalu berlebihan menonton TV dan berinteraksi dengan komputer akan mengubah fungsi otak anak. Gambar dalam tayangan TV yang cepat sekali berubah-ubah menyebabkan anak sulit fokus dan berkonsentrasi pada sesuatu, disamping membuat anak menjadi kecanduan. Sebaiknya anak dibawah usia 2 tahun tak disediakan TV dirumah. Untuk itu, Laura dan Pamela sangat melarang TV ada di rumah mereka.
Begitu juga dengan penggunaan komputer yang terlalu berlebihan, akan menjauhkan diri anak dari dunianya, yaitu dunia bermain. Banyak dunia main yang lebih baik buat anak dibanding play staton, game atau sebangsanya. Bermain balok atau bermain peran (main ibu-ibuan) menjadi alternatif permainan yang sangat bermanfaat. Bermain peran akan membantu meningkatkan kemampuan berpikir anak, serta melatih daya imajinasi mereka. Sedangkan bermain balok, membantu anak mencipta sesuatu, melatih kreatifitias, serta anak belajar merepresentasikan dunia nyatanya secara realistis, juga ketika bermain balok anak juga belajar matematika.
Banyak hal yang tidak dapat saya ceritakan semua dari hasil konferensi. Ada bagaimana mengajarkan Matematika yang menyenangkan buat anak, ada bagaimana tahapan menulis yang benar, dll. Yang jelas, materi Pamela dan Laura tentang dunia anak membuat saya semakin mencintai anak-anak. Betapa indahnya dunia mereka, kalau saja kita tahu ilmunya. Yang paling penting adalah, anak-anak akan bahagia jika kita bahagia. Satu lagi penelitian tentang otak, ketika kita tertawa otak akan mengeluarkan reaksi kimia positif yang dalam hitungan detik akan membuat kita menjadi lebih baik. Dan selaras dengan teori The Law of Attraction, di dalam otak ada neuron seperti cermin yang akan merefleksikan emosi seseorang. Bila dia berada pada kondisi sedih dan kecewa, maka otomatis seluruh kondisi tubuhnya mencerminkan dia seseorang yang sedih dan kecewa, dan akan memancar pula hal-hal negatif dari sekitarnya. Begitu pula sebaliknya. Coba buktikan, ketika kita sedang dalam kondisi bahagia, cobalah menegur anak, maka dia akan tersenyum dan senang berinteraksi dengan kita.
Karena itu, buat para ibu yang ingin membuat anaknya nyaman dan selalu bahagia, maka berbahagia dan tersenyumlah, agar mereka juga dapat belajar dalam tahapan usia mereka masing-masing.
Jika anak banyak di cela, ia akan tebiasa menyalahkan
Jika anak biasa dimusuhi, ia akan terbiasa menentang
Jika anak mengenyam rasa aman, ia akan terbiasa mengandalkan diri dan percaya orang sekitarnya
Jika Anak dikerumuni keramahan, ia akan terbiasa berpendirian :
”Sungguh Indah dunia ini!”
Bagaimanakah anak Anda?
(Dorothy Low Nolte, Children learn what they live with)
NB : Silahkan memperoleh buku Panduan Pendidikan dengan Sentra, yang memuat metode belajar berikut dengan tahapan perkembangan dan tahapan bermain anak usia dini.
Buku terdiri dari 1 paket (7 buku/7 sentra).
Untuk pemesanan hubungi :
CP : Mardiana
HP : 0816 11 80 133 / 021-23 777 165
Email : diana20377@gmail. com
www.ana165@multiply .com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar