Selasa, 20 Oktober 2009
Penantian Panjang Serat Optik
AFP/APPLE DAILY, AP PHOTO/MEL EVANS, AP PHOTO/THE CANADIAN PRESS/ANDREW VAUGHAN
Penantian Panjang Serat Optik
Oleh Brigitta Isworo Laksmi
Harian Kompas (www.kompas.co.id)
Kamis, 15 Oktober 2009 | 08:38 WIB
Charles Kuen Kao (76) mungkin sudah tidak berharap lagi mendapat penghargaan paling prestisius seperti Nobel yang diumumkan pada Selasa (6/10). Penemuan yang membawa sukses itu, serat optik, telah ditemukan 43 tahun lalu. Temuan tersebut terbukti memacu pesat perkembangan ilmu telekomunikasi. Atas jasa Kao pula, kita sekarang bisa ”ngobrol” dan ”bersurat” melalui komputer.
Ironi dirasakan oleh istrinya, Wong May-wan, saat menerima kabar tersebut. ”Saya merasakan tekanan luar biasa besar karena saya tahu bagaimana pria ini sebelumnya,” katanya. Kondisi Kao saat ini tidak memungkinkan bagi dirinya untuk memberikan kuliah penerima Nobel, salah satu tradisi penerimaan Nobel.
”Penyakit ini telah mengubah dia, seakan dia sudah pergi. Saya sering menangis. Saya tahu pria ini bukan orang yang sama lagi dengan yang dulu,” ujar Wong.
”Untuk mengatakan apa yang ada di dalam hati saja sudah sulit bagi saya melakukannya,” tutur Kao dalam wawancara kepada AFP di rumahnya di Mountain View, dekat San Fransisco, Kamis (8/10). Dia kini sulit berbicara dan menderita demensia akibat Alzheimer yang menyerangnya.
Kao, mantan Wakil Rektor Hongkong Chinese University dan memiliki kewarganegaraan ganda Inggris dan AS ini, mengaku ”sangat bahagia” menerima penghargaan Nobel.
Rekan Kao di Hongkong merasa keputusan memberikan penghargaan itu makan waktu terlalu lama. Profesor Ambrose King, mantan Wakil Rektor Hongkong Chinese University, mengatakan, ”Akan lebih bagus jika penghargaan ini didapatnya tahun lalu. Tetapi, ini juga tidak terlalu telat bagi dia.”
Direktur Eksekutif Hong Kong Applied Science and Technology Research Institute Cheung Nim-kwan dan penerima Nobel tahun 1957 mengungkapkan hal serupa. ”Serat optik sudah digunakan secara global sejak 1980. Pencapaiannya ini mestinya mendapat penghargaan jauh sebelum sekarang,” ujarnya.
Menurut Wong, istri Kao, hadiah uang tersebut sebagian akan disumbangkan untuk penanganan Alzheimer di AS dan yayasan orang jompo St James’ Settlement.
Terobosan komunikasi
Kao menerima separuh dari hadiah berupa uang sejumlah 10 juta krona Swedia (sekitar Rp 14 miliar), sementara dua penerima penghargaan Nobel Fisika bersama Kao, Willard Sterling Boyle (85) dan George Elwood Smith (79), menerima masing-masing seperempat dari total hadiah.
Kabel serat optik Kao, yang dia temukan tahun 1966, membuka terobosan yang mendasari inovasi di dunia telekomunikasi dan optik. Dengan serat dari kaca murni, cahaya dapat ditransmisikan hingga jarak lebih dari 100 kilometer. Dengan jenis kabel yang ada pada tahun 1960-an itu, jarak terjauh transmisi cahaya hanya 20 meter. Kabel serat optik murni pertama kali diproduksi dalam skala industri pada tahun 1970.
Serat dengan fiberglass murni ini memfasilitasi komunikasi pita lebar (broadband) global seperti internet. Teks, musik, citra, dan video dapat ditransfer ke seluruh pelosok dunia dalam hitungan detik. Jika kita mengurai seluruh serat optik yang mengelilingi Bumi, maka kita bisa mendapatkan serat optik tunggal yang panjangnya lebih dari satu triliun kilometer. Serat optik sepanjang ini cukup untuk mengitari dunia lebih dari 25.000 kali dan terus bertambah ribuan kilometer setiap jam.
Tahun 1969, tiga tahun setelah penemuan serat optik oleh Kao, Boyle dan Smith menemukan charged-coupled device (CCD), sirkuit semikonduktor pencitraan yang merupakan mata kamera digital. Dengan sensor itu cahaya bisa diubah menjadi piksel dalam waktu singkat. Teknologi CCD tersebut menggunakan efek foto-elektrik seperti teori yang dilontarkan Albert Einstein (mendapat Nobel pada tahun 1921).
Berlayar bersama
Smith dan Boyle adalah dua sahabat baik di pekerjaan maupun di luar pekerjaan. Mereka sering berlayar bersama di sekitar Numea di Pasifik Selatan selama beberapa minggu.
Boyle yang dibesarkan di Nova Scotia, sebuah provinsi di Kanada, baru mencicipi bangku sekolah di tingkat sekolah menengah atas. Sebelumnya dia selalu belajar di rumah dengan sistem home schooling. ”Ibuku telah melakukan pekerjaan dengan baik. Dia mengajariku,” ujar Boyle kepada Redaktur Pelaksana Nobelprize.org Adam Smith.
Boyle dan Smith melakukan penelitian bersama di Bell Laboratories, Murray Hill, New Jersey, mengungkapkan, ada 8 hingga 10 peneliti Bell Laboratories yang menerima penghargaan Nobel. Pemimpin Bell mengenal satu per satu anggotanya dan sering makan siang bersama mereka. ”Ini disebut manajemen 'walking around”,” tutur Boyle yang sempat terlibat pada penelitian program Apollo.
Jarak waktu 40 tahun membuat Boyle sama sekali tak pernah bermimpi akan meraih Nobel. ”Sebab, dari waktu ke waktu orang di sekitar kami menerima Nobel sehingga kami sempat berpikir, 'Temuan kita layak. Itu mungkin saja kita mendapat sesuatu, tapi saya tidak tahu. Kami mengharapkan yang terbaik, tapi tak ada yang terjadi'. Jadi kami abaikan saja (urusan Nobel),” ujar Boyle.
Dering telepon pukul 05.00 pagi yang diterimanya sesaat dikiranya hanya canda. Dia menjadi yakin ketika mendengar aksen Swedia di seberang gagang telepon. ”Saya pikir, ya tak ada orang yang mau bersusah-susah menelepon orang lain pukul lima pagi hanya untuk bercanda,” ujar Boyle.
Tidak tahu
Sementara itu, bagi George Elwood Smith, telepon Adam Smith dari Nobelprize.org adalah ”pemberitahuan” atas kemenangannya. Reaksi pertamanya adalah kekagetan yang disusul pikiran bahwa dia pasti menerimanya bersama Boyle, rekan kerjanya.
”Saya sudah bangun, namun ketika saya sampai ke telepon, deringnya mati. Karena itu, saya sekarang masih terbangun,” tutur Smith tentang dering telepon yang ternyata dari Royal Swedish Academy, institusi yang menetapkan penerima penghargaan Nobel.
Smith mengungkapkan, betapa dia dan Boyle merupakan rekan kerja yang amat kompak. Mereka memiliki sekitar 40 penemuan yang telah dipatenkan atas nama berdua. Dan, tentang berlayar bersama, Smith menegaskan, ”Sekarang kami tidak akan berlayar lagi. Usia saya 79 mungkin terlalu tua untuk itu.”
CHARLES KUEN KAO
• Lahir: Shanghai, China, 1933 • Warga negara: Inggris dan AS • Doktor bidang Electrical Engineering (1965) dari Imperial College London, Inggris • Director of Engineering of Standard Telecommunication Laboratories, Harlow, Inggris • Wakil Rektor Chinese University of Hong Kong, pensiun 1996
WILLARD STERLING BOYLE
• Lahir: Amherst, Nova Scotia, Kanada, 1924 • Warga negara: Kanada dan AS • Doktor bidang Fisika (1950) dari McGill University, Quebec, Kanada • Direktur Eksekutif dari Communication Sciences Division, Bell Laboratories, Murray Hill, New Jersey, AS, pensiun 1979
GEORGE ELWOOD SMITH
• Lahir: White Plains, New York, AS, 1930 • Warga negara: AS • Doktor bidang Fisika (1959) • Head of VLSI Device Department, Bell Laboratories, Murray Hill, New Jersey, AS, pensiun 1986
Sumber: Kompas Cetak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar