Senin, 29 Oktober 2007

Pada Hari Sumpah Pemuda

Ketika para pejabat
Mengikuti upacara
Peringatan Hari Sumpah Pemuda
Sejumlah pemuda masih ngorok
Setelah semalaman mabuk-mabukan

Di saat para pemuda pelopor
Mengikuti upacara
Peringatan Hari Sumpah Pemuda
Sejumlah pemuda pengangguran
Asyik ngobrol di warung kopi

Pada Hari Sumpah Pemuda
Banyak pemuda yang bingung
Banyak pemuda yang pusing
Banyak pemuda yang teler
Banyak pemuda yang tersenyum kecut

Makassar, 29 Oktober 2007

4 komentar:

  1. Gimana ni Pak Asnawin, Pedoman Kok belum terbit lagi. Kira2 Kapan ya. Atau memang sudah tenggelam tak mampu bangkit lagi. Saya rasa tidaklah boleh kita melihat Pedoman mati ditengah keroyokan Fajar Group.

    BalasHapus
  2. Dengan penuh penyesalan dan kesedihan yang mendalam, saya harus mengatakan bahwa masa depan Harian Pedoman Rakyat sudah suram. Sangat kecil kemungkinan akan bangkit kembali. Tetapi sebagai orang yang dibesarkan di Pedoman Rakyat, saya dan teman-teman masih berharap salah satu koran tertua di Indonesia itu bisa terbit dan hidup kembali yang senantiasa memberikan informasi, pendidikan, dan hiburan, serta melakukan kontrol sosial secara bijak dan berguna bagi bangsa dan negara. Terima kasih atensinya.

    BalasHapus
  3. Sejak tahun 70-an hingga sekitar thn 2000 , kami langganan PR. Kalau boleh tahu sejak kapan PR mengalami kemunduran. Padahal dulu kantornya di Arief Rate terbilang megah.

    BalasHapus
  4. Pedoman Rakyat tidak terbit lagi sejak 3 Oktober 2007. Kemunduran dialami sejak Ventje Manuhua diberi kepercayaan menjabat Direktur Utama sekitar tahun 2003-2004. Gaji wartawan dan karyawan sering tertunda, serta pernah tidak terbit. Tahun 2006, Peter Gozal masuk bersama sejumlah "pasukannya" tetapi hanya bertahan tujuh bulan dan kemudian meninggalkan Pedoman Rakyat di awal 2007 ketika sedang sekarat. Setelah tidak terbit selama 40 hari, antara Februari hingga April 2007, Ventje Manuhua tampil menjadi penyelamat dan menjadi Pemimpin Umum dan hanya bertahan hingga 3 Oktober 2007.

    BalasHapus