Ternyata
Oleh: Asnawin
email : asnawin@hotmail.com
Sebagai "orang baru" di organisasi profesi itu, Sasongko lebih banyak diam dan sesekali memuji "orang lama". Ada beberapa pengurus yang dianggapnya cukup berbobot dan punya visi bagus, salah seorang di antaranya yaitu Baskoro.
Baskoro yang anak mantan bupati, orangnya berani, tegas, serta punya visi yang jelas tentang organisasi, termasuk bagaimana menyejahterakan anggota.
Kebetulan Musyawarah Daerah (Musda) sudah dekat dan akan dipilih pengurus baru. Karena Sasongko orang baru, dia sama sekali tidak berniat menjadi ketua, sekretaris, atau pun bendahara, tetapi dia siap menjadi salah seorang pengurus.
Seperti biasa, terjadilah pengelompokan-pengelompokan di antara pengurus, dan tentu saja tidak sedikit yang bermuka dua.
Singkat cerita Baskoro terpilih menjadi sekretaris umum yang baru, mendampingi ketua umum yang juga anak mantan pejabat tinggi. Sasongko ditempatkan sebagai salah satu anggota bidang.
Karena ketua umum banyak kesibukan, maka Baskoro diberi kepercayaan penuh mengatur segala sesuatunya di organisasi. Kepercayaan itu dijawab dengan menertibkan adiministrasi dan mengontrol keuangan secara ketat. Kas organisasi pun menjadi sehat.
Sasongko makin kagum kepada Baskoro. Ia pun makin sering berdiskusi untuk menimba ilmu dan pengalaman dari Baskoro.
Sekitar satu tahun kemudian, tiba-tiba ada laporan bahwa Baskoro menggelapkan uang organisasi sekitar Rp 80 juta. Ketua umum pun terpaksa memanggil Baskoro untuk meminta penjelasan. Karena desakan pengurus lain, akhirnya ketua umum mengundang seluruh pengurus untuk rapat membahas masalah "penggelapan" uang yang dilakukan Baskoro selaku sekretaris umum.
Di depan pengurus, Baskoro berupaya memberikan penjelasan bahwa uang sekitar Rp 80 juta itu hanya ia pakai sementara dan segera dikembalikan, tetapi penjelasan itu tidak bisa diterima dan Baskoro diminta mengundurkan diri selaku sekretaris.
Kekaguman Sasongko kepada Baskoro pun menjadi sirna.
"Ah, ternyata," kata Sasongko dalam hati.
***
Ahmed yang seorang jaksa muda sangat kagum kepada Fulan bin Fulan. Ahmed kagum karena Fulan bin Fulan yang mantan jaksa senior, cukup disegani sebagai salah satu dari lima anggota Komisi Pengawas Lembaga Peradilan.
Fulan bin Fulan dinilai sebagai "orang bersih" dan selalu bersikap tegas bila ada jaksa atau hakim yang memanfaatkan posisinya untuk kepentingan pribadi.
Ahmed pun berangan-angan suatu saat nanti dirinya menjadi jaksa senior dan disegani. Syukur-syukur kalau kelak dirinya terpilih menjadi anggota Komisi Pengawas Lembaga Peradilan, atau Jaksa Agung Muda.
Ketika membaca koran harian pagi sebelum ke kantor, Ahmed sangat kaget membaca berita ditangkapnya Fulan bin Fulan, karena tertangkap tangan menerima uang ratusan juta rupiah ditambah puluhan ribu dolar AS, dari seseorang. Uang tersebut diduga merupakan "fee" hasil penjualan tanah untuk pembangunan kantor Komisi Pengawas Lembaga Peradilan.
Di dalam rumah tahanan, Fulan bin Fulan berupaya memberikan penjelasan tentang "duduk perkara yang sebenarnya". Pengacaranya pun memperkuat penjelasan tersebut dengan mengatakan bahwa kliennya dijebak, padahal kliennya bermaksud baik.
Ahmed berupaya berbaik sangka kepada Fulan bin Fulan, tetapi ternyata banyak komentar sinis yang bermunculan dan malah Fulan bin Fulan dinonaktifkan sebagai anggota Komisi Pengawas Lembaga Peradilan.
Kekaguman Ahmed kepada Fulan bin Fulan pun menjadi sirna.
"Ah, ternyata," kata Ahmed dalam hati.
***
Luh Kenanga sedang asyik makan bersama suami dan keempat anak-anaknya di restoran kecil di pinggir pantai. Tiba-tiba suaminya mengucapkan salam dan memberi hormat kepada seorang pria yang memakai songkok hitam yang baru masuk bersama seorang wanita muda memakai jilbab.
Pria yang tampak cukup berwibawa dan umurnya berkisar 50 tahun itu, membalas salam yang diucapkan suami Luh Kenanga dan langsung mendatangi mereka. Pria berwibawa itu kemudian berbasa-basi sejenak, sebelum duduk di meja lain.
Tak lama kemudian pemilik restoran datang dan menyapa dengan hormat, lalu menyalami pria berwibawa tersebut. Pemilik restoran kemudian memanggil beberapa karyawannya dan meminta segera menyiapkan makanan dan minuman favorit pria berwibawa tersebut bersama isterinya.
Dalam perjalanan pulang, Luh Kenanga bertanya kepada suaminya tentang pria berwibawa itu.
"Beliau itu seorang anggota parlemen. Rumahnya empat dan mobilnya banyak. Wanita yang dibawanya tadi adalah isteri keempat," jelas suaminya.
"Bapak kenal dimana?," tanya Luh Kenanga setelah menyembunyikan perasaan kagetnya.
"Beberapa tahun lalu saya ke kantornya. Waktu itu, beliau belum menjadi anggota parlemen, tetapi seorang pengusaha yang cukup sukses. Saya datang sekitar jam empat sore. Beliau kaget karena saya datang ketika beliau sedang makan, padahal waktu itu bulan puasa. Tanpa saya minta, beliau langsung menjelaskan bahwa dirinya tidak bisa puasa karena sakit maag," tutur suaminya sambil tersenyum.
Mendengar penuturan suaminya, Luh Kenanga hanya berkomentar singkat; "Ah, ternyata."
***
Amoy tidak tahan juga selalu diledek, apalagi ia akan segera menikah dengan pacarnya. Sang pacar juga kerap meledeknya, meskipun hanya bercanda.
Ya, Amoy yang cantik sering diledek, karena ia selalu mendengkur kalau tidur. Karena takut malu di rumah mertuanya kelak, Amoy pun segera berkonsultasi ke dokter THT.
Kepada dokter yang juga seorang wanita cantik, Amoy mengemukakan keluhannya. Sebaliknya, setelah mendengar keluhan Amoy, sang dokter cantik hanya memberikan penjelasan singkat dan sedikit nasehat.
"Dengkuran itu menandakan adanya penyumbatan di saluran pernapasan saat seseorang sedang tidur. Suara dengkuran berasal dari usaha udara untuk melewati saluran yang menyempit itu. Banyak penyebab orang mendengkur dan percayalah Anda tidak sendiri. Menurut data yang layak dipercaya, mendengkur diderita oleh satu dari lima orang dewasa. Dan jangan bilang-bilang ya, saya juga pendengkur, tetapi suami saya bilang, bunyi dengkur saya agak seksi," papar sang dokter.
Mendengar pemaparan sang dokter, Amoy hanya bilang; "Ah, ternyata."
Makassar, 30 September 2007
copyright@Pedoman Rakyat
Makassar, 1 Oktober 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar