Di sisi lain, minat masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke UNM juga tidak berkurang dan malah cenderung bertambah, karena UNM bukan lagi sekadar mencetak tenaga kependidikan, melainkan juga mencetak tenaga non-kependidikan alias sarjana ilmu murni. Ketika Idris Arief terpilih menjadi rektor pada periode pertama 1999, jumlah mahasiswa UNM hanya 8.719 orang, tetapi tahun 2007 jumlahnya 17.235 orang.
-----
PEDOMAN KARYA
Selasa, 02 Oktober 2007
Prof
M Idris Arief, 8 Tahun Menakhodai UNM (2):
Kadang-kadang
Saya Menangis
Ketika terjadi krisis
moneter (krismon), harga barang-barang naik dan seharusnya alokasi anggaran
juga naik, tetapi Universitas Negeri Makassar (UNM) dan seluruh perguruan
tinggi negeri di Indonesia justru terpaksa “gigit jari”, karena jatah mereka
dikurangi.
UNM yang biasanya
menerima anggaran dari pemerintah pusat sekitar Rp10 miliar, jatahnya dikurangi
menjadi hanya sekitar Rp1,5 miliar pada 1999.
Selain itu, juga ada
aturan bahwa PTN tidak boleh membangun gedung baru dan aturan itu masih berlaku
sampai sekarang.
Kondisi itu membuat UNM
‘menderita’ selama beberapa tahun sejak terjadinya krismon, dan terpaksa
melakukan 'tambal sulam' dalam memanfaatkan dana yang ada, apalagi SPP
mahasiswa juga tergolong paling rendah di antara semua PTN.
“Kadang-kadang saya
menangis. Saya memutar otak bagaimana bisa mengendalikan UNM yang begini besar
dengan dana yang terbatas,” ungkap Idris Arief.
Namun seiring
berjalannya waktu dan bertambahnya pengalaman sebagai rektor, Idris Arief pun
mencoba melakukan berbagai pendekatan kepada pemerintah pusat, dalam hal ini
Dirjen Dikti Depdiknas.
“Berkat pendekatan yang
kami lakukan ke pusat, dengan alasan kebutuhan mendesak, UNM akhirnya
mendapatkan izin dan dana untuk pembangunan gedung baru,” ungkap Idris Arief.
Hingga tahun 2007, UNM
memiliki kampus yang tersebar pada enam lokasi, yakni Kampus Gunungsari Baru,
Kampus Parangtambung, Kampus Banta-bantaeng, Kampus Tidung, Kampus Parepare,
dan Kampus Bone.
Guna menyukseskan
program PGSD S1 (sarjana pendidikan guru sekolah dasar) berasrama, UNM telah
mendapat persetujuan mengembangkan rusunawa atau rumah susun sederhana sewa).
Mahasiswa
dan Dosen
Di sisi lain, minat
masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke UNM juga tidak berkurang dan malah
cenderung bertambah, karena UNM bukan lagi sekadar mencetak tenaga
kependidikan, melainkan juga mencetak tenaga non-kependidikan alias sarjana
ilmu murni.
Ketika Idris Arief
terpilih menjadi rektor pada periode pertama 1999, jumlah mahasiswa UNM hanya
8.719 orang, tetapi tahun 2007 jumlahnya 17.235 orang.
Program Pascasarjana
juga berkembang cukup pesat yang ditandai dengan penambahan program studi yang
ditawarkan kepada masyarakat dan semakin banyaknya mahasiswa baru setiap
tahunnya.
Jumlah dosen UNM yang
berkualifikasi magister (S2) dan doktor (S3) pada 1999, hanya 29 persen dari
total 815 dosen, terdiri atas 265 dosen S2 (32,52%) dan 52 dosen S3 (6,38%).
Delapan tahun kemudian,
tepatnya hingga September 2007, dosen UNM yang berkualifikasi S2 tercatat 597
orang (68,62%) dan S3 sebanyak 87 orang (10%) dari total 870 dosen.
“Sampai saat ini,
jumlah dosen yang berkualifikasi magister dan doktor berkisar 79 persen, jauh
melampaui target nasional yang mengisyaratkan 55 persen. Diperkirakan tahun
2009 nanti, jumlah dosen UNM yang berkualifikasi S2 dan S3 sudah berkisar 90
peren, karena banyak dosen yang sementara studi S2 dan S3, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri,” papar Idris. (asnawin / bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar