Soetomo : Adipura Bukan Tujuan Akhir
-Soppeng Raih Piagam Adipura 2008
Kemenangan bukanlah tujuan akhir. Merebut Piala Adipura yang merupakan lambang kebersihan kota dan kabupaten di Indonesia, juga bukan tujuan akhir. Yang paling penting adalah bagaimana masyarakat bersama-sama pemerintah menciptakan lingkungan yang bersih, indah, nyaman, dan asri.
Keberhasilan suatu daerah merebut Piala atau Piagam Adipura pada Lomba Bangun Praja, patut disyukuri sebagai buah hasil kerja bersama antara pemerintah dan masyarakat, tetapi kesyukuran itu bukan hanya diucapkan, tetapi disertai dengan tindakan, yakni dengan bersama-sama menjaga kebersihan dan keindahan.
Pernyataan itu diungkapkan Bupati Soppeng, Andi Soetomo, pada acara Syukuran Atas Penganugrahan Piagam Adipura, di Baruga Rumah Jabatan Bupati Soppeng, 7 Juni 2008.
Acara tersebut turut dihadiri Wakil Bupati Andi Sarimin Saransi, Ketua DPRD Soppeng, Kaswadi Razak, Sekkab H.M. Natsir Husain MSi, Kadis Kebersihan dan Pertamanan, Drs. A. Mamma Uleng MM, serta sejumlah pejabat dan masyarakat, termasuk “pasukang kuning” petugas lapangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Soppeng.
“Saya mengajak masyarakat Soppeng agar menanam banyak pohon, terutama di sekitar rumah masing-masing, karena pohon adalah paru-parunya sebuah kota,” ujar Soetomo.
Dengan penuh semangat, mantan Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Sulsel itu mengaku optimis tahun 2009 Soppeng akan meraih Piala Adipura.
Untuk itu, ia berharap seluruh unsur masyarakat dan pemerintah di daerah yang dipimpinnya agar turut berpartisipasi.
Khusus kepada anggota DPRD Soppeng yang merupakan refresentasi perwakilan rakyat, Soetomo berharap kerjasamanya dalam menyusun anggaran sehingga alokasi anggaran untuk pencapaian merebut Piala Adipura tahun depan bisa lebih besar dibanding tahun ini.
“Alokasi anggaran untuk Dinas Kebersihan dan Pertamanan tahun 2008 ini hanya sekitar 2% dari APBD. Kalau bisa tahun depan ditingkatkan,” ungkapnya.
Usai memberikan sambutan, Bupati Soppeng mengajak para undangan makan siang bersama dan dilanjutkan dengan nyanyi dan joget. Tanpa segan-segan, Ando Soetomo langsung bergabung dengan “pasukan kuning” petugas kebersihan untuk nyanyi dan joget bersama.
Kedatangan Piagam Adipura disambut langsung oleh pemerintah dan masyarakat setempat di Pintu Gerbang Warue, perbatasan ibukota Kabupaten Soppeng. Puluhan mobil dan ratusan sepeda motor turut menyambut kedatangan Piagam Adipura yang dibawa oleh rombongan Bupati Soppeng.
Saat tiba di perbatasan, rombongan Bupati Andi Soetomo disambut dengan Tari Padduppa yang dibawakan oleh beberapa gadis cantik. Selanjutnya, Andi Soetomo menyerahkan Piagam Adipura kepada Ketua DPRD Soppeng, Kaswadi Razak.
Setelah itu, Piagam Adipura diarak keliling kota Soppeng sebelum dibawa ke Rumah Jabatan Bupati. Di rujab tersebut, Ketua DPRD Soppeng Kaswadi Razak menyerahkan kembali Piagam Adipura kepada Bupati Andi Soetomo untuk disimpan di Kantor Bupati.
Sekkab Soppeng, Drs HM Natsir Husain MSi, kepada wartawan menjelaskan, keberhasilan merebut Piagam Adipura tersebut secara tidak langsung merupakan langkah napak tilas bagi Bupati Andi Soetomo, karena Soppeng pernah merebut Piala Adipura dua tahun berturut-turut pada 1996 dan 1997, ketika Andi Soetomo masih menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan.
Hanya Rp 60 Juta/Tahun
Meskipun berhasil meraih Piagam Adipura, Kadis Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Soppeng, Andi Mamma, mengaku belum puas, karena target utama yang ia canangkan yaitu merebut Piala Adipura.
“Kami akan bekerja lebih giat agar tahun depan Soppeng bisa meraih Piala Adipura,” tegasnya.
Menyinggung tenaga kerja lapangan yang menyapu di jalan dan mengangkut sampah dari Tempat Pembuangan Sampah (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau yang akab disebut “pasukan kuning”, dia mengatakan jumlahnya saat ini baru 69 orang, termasuk 10 orang yang sudah diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Honor yang diberikan kepada anggota “pasukan kuning” berkisar antara Rp 250.000 s/d Rp 500.000 per bulan, tetapi Kadis Kebersihan dan Pertamanan akan berjuang meningkatkannya menjadi Rp 750.000 per bulan.
Tentang anggaran yang diperoleh dari APBD dan retribusi kebersihan, dia mengatakan, anggaran yang diterima dari APBD yaitu sebesar Rp 2 miliar, sedangkan retribusi sampah dari masyarakat hanya Rp 1.500/rumah tangga.
“Dalam sebulan uang yang masuk dari retribusi sampah hanya Rp 60 juta per tahun,” papar Andi Mamma.
Armada mobil pengangkut sampah yang dimiliki saat ini baru 11 buah dan pihak Dinas Kebersihan dan Pertamanan berencana membeli sebuah motor pengangkut sampah untuk melayani pengangkutan sampah di kompleks perumahan dan jalan-jalan sempit.
“Kami juga sedang mengupayakan agar sampah bisa memiliki nilai ekonomis,” katanya.
Caranya, tambah Andi Mamma, sampah tersebut diolah menjadi biogas dan kompos, selebihnya bisa didaur ulang dan diambil oleh para pemulung. Sampah yang tidak bisa diolah atau didaur ulang akan dibakar. (pei-win)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar