Kamis, 24 Juli 2008

Ama Saing : Pariwisata adalah Jembatannya

Dari Semiloka di Hotel Clarion Makassar
Pariwisata adalah Jembatannya


Peningkatan kerjasama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Afrika Selatan, khususnya kerjasama pariwisata antara Pemprov Sulsel dengan Western Cape (Afrika Selatan) terus menerus diupayakan.

Bidang kerjasama yang telah disepakati antara lain kebudayaan, pendidikan dan latihan (training), pariwisata, serta perdagangan dan industri.

Khusus kerjasama bidang pariwisata, meliputi meliputi empat hal, yakni promosi bersama, paket wisata, pertukaran training, serta kunjungan wisata.

Kegiatan yang telah dilaksanakan yaitu berpartisipasi pada TIME 2006 di Makassar, serta kunjungan wisata ke Sulawesi Selatan oleh rombongan delegasi Western Cape sebanyak tiga kali, sedangkan kegiatan yang akan dilaksanakan yakni pertukaran training, menempati outlet promosi wisata bersama, saler mission, serta farm trip.

Hal tersebut diungkapkan Ir H Tan Malaka Guntur MSi, yang mewakili Gubernur Sulsel, saat tampil sebagai salah seorang pemakalah pada Semiloka Pemanfaatan Kemitraan Strategis RI-Afsel Bagi Provinsi Sulawesi Selatan, di Hotel Clarion, Makassar, Rabu, 9 Juli 2008.

Semiloka diadakan oleh Direktorat Afrika Departemen Luar Negeri RI bekerja sama Pemprov Sulsel dan Universitas Hasanuddin Makassar.

Tan Malaka yang membawakan makalah berjudul “Potensi dan Peluang Investasi Sulawesi Selatan dalam kerangka kerja sama RI Afsel” mengatakan, Sulsel memiliki berbagai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan.

Potensi tersebut meliputi potensi geografis (Sulawesi Selatan merupakan pintu gerbang Kawasan Indonesia Timur, pusat lalu lintas udara dan laut antara kawasan barat Indonesia dengan kawasan timur Indonesia-red), potensi sumberdaya manusia (Sulsel pada 2006 berpenduduk 7.629.138 jiwa, penduduk usia kerja 5.257.238 orang, angkatan kerja 3.005.723 orang, serta tenaga kerja 2.738.732 orang.

Selain itu, Sulsel juga memiliki potensi sumberdaya alam, dalam bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan, perikanan dan kelautan, pertambangan, serta pariwisata. Potensi sumberdaya infrastruktur yang dimiliki Sulsel terutama Bandar Udara Hasanuddin yang bertaraf internasional di Makassar, dan beberapa bandara perintis di kabupaten.

Sementara potensi pariwisata yang dimiliki dan banyak dikunjungi wisatawa mancanegara, antara lain Benteng Ujungpandang (Fort Rotterdam) di Makassar, obyek wisata budaya di Tana Toraja, serta pembuatan kapal tradisional perahu Phinisi, pantai pasir putih Tanjung Bira, dan wilayah adat Ammatoa Kajang di Bulukumba.
Tan Malaka juga menjelaskan tentang empat bidang kerja sama yang telah terjalin antara pemerintah Afrika Selatan dengan Pemprov Sulsel.

Kerjasama bidang kebudayaan yang telah dilakukan yaitu pengembangan Makam Syech Yusuf dan Museum, sedangkan kegiatan yang telah dilaksanakan yaitu renovasi Makam Syech Yusuf.

“Kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu inventarisasi peninggalan sejarah Syech Yusuf, perluasan kawasan makam Syech Yusuf, tukar menukar koleksi, pameran bersama, penelitian jejak kaki Syech Yusuf di Afrika Selatan, serta membentuk tim kerja,” paparnya.

Kegiatan yang akan dilaksanakan pada Tahun 2008, adalah Culture in Tourism, pembuatan replika benda-benda bersejarah/kerajaan untuk Perpustakaan Balla Lompoa di Cape Town, sedangkan kegiatan untuk Sulsel yaitu kegiatan misi budaya oleh Persatuan Kebudayaan Melayu Afrika Selatan ke Makassar.

Kerja sama bidang pendidikan & pelatihan yang akan dilaksanakan yaitu pelatihan santri di Pesantren IMMIM Makassar dan pertukaran tenaga pengajar dan pelajar antardua provinsi, serta pembentukan Asia Afrika Center.

Kerjasama Perdagangan dan Perindustrian yang akan dilakukan meliputi eksport & tukar informasi di bidang perdagangan, serta mendorong keikutsertaan pada pameran di masing-masing provinsi/negara.

Kegiatan yang telah dilaksanakan yaitu eksport beras, semen, kakao powder, kayu olahan, marmer, batatex, dan dammar, sedangkan kegiatan yang akan dilaksanakan yakni promosi ekspor dan memanfaatkan event promosi dengan membawa Tim Kesenian Sulawesi Selatan untuk Promosi Seni dan Budaya Sulawesi Selatan.

“Pembangunan Sulawesi Selatan harus dipercepat dalam mengejar ketertinggalan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kerja sama Sulawesi Selatan – Western Cape Afrika Selatan harus lebih ditingkatkan dan menguntungkan kedua provinsi dan negara,” tegas Tan Malaka.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulsel, Ama Saing, kepada “Demos” seusai seminar mengatakan, sesuai misinya, pariwisata adalah jembatan untuk berbagai kegiatan kemitraan antarnegara.

“Jadi jembatannya itu adalah pariwisata,” katanya.

Sekretaris PHRI Sulsel yang juga dosen Akademi Pariwisata (Akpar) Makassar, Farid Said, mengharapkan adanya hasil nyata dari upaya peningkatan kerja sama kedua Negara, khususnya antara Pemprov Sulsel dengan pemprov Wertern Cape.

“Hasil nyata itu misalnya terjadinya kunjungan wisata orang-orang Afrika Selatan ke Sulsel dalam jumlah besar, termasuk mengupayakan agar orang-orang kulit putihnya mau mengalihkan kunjungannya dari Eropa ke Sulawesi Selatan, karena mereka itu selalu berlibur ke Eropa pada musim liburan Natal dan Paskah,” sebut Farid.

Hubungan Historis

Mahendra Siregar, Deputi Menko Perekonomian, yang membahas latar belakangJoint Declaration on Strategic Partnership Indonesia-South Africa; mengungkapkan adanya hubungan historis dan budaya yang kuat antara Sulsel dan Afrika Selatan serta sudah banyak bidang kerja sama yang telah terbina.

“Populasi keturunan orang Sulsel di Afsel lebih dari satu juta orang,” ungkapnya.
Sasaran-sasaran utama pengembangan di Afrika Selatan antara lain pembangunan Rumah Makassar di Afsel yang juga menampung trade center, pusat kesenian dan budaya; peningkatan hubungan antara pemerintah, bisnis, akademik, pemuda, dan sebagainya; serta peningkatan ekspor Makassar ke Afsel sebesar 15 persen per tahun.

Sementara pengembangan di Sulsel antara lain mengembangkan angkutan kargo udara dan laut internasional langsung ke Makassar, pengembangan kemitraan yang sinergis dengan berbagai stakeholders; Kadin dan Kadin Sulsel; perbankan yang sudah berpengalaman di Afrika; perusahaan-perusahaan Indonesia yang sudah berhasil di Afsel;KBRI/KJRI dan Kedutaan Besar Afsel.

Untuk pengembengan lebih lanjut, kata Mahendra perlu dirumuskan konsep rencana aksi dengan kerangka waktu dan penanggung jawab setiap kegiatan yang jelas;membentuk tim pemantau; serta melakukan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam implementasi rencana aksi.

Romantisme Masa

Lalu Deddy T Tikson, dari Fisip Universitas Hasanuddin, mengatakan romantisme (hubungan sejarah dan budaya) masa lalu, hendaknya menjadi dasar optimisme masa depan kedua bangsa, khususnya masyarakat Sulawesi Selatan dan Afrika Selatan.

“Hubungan kedua bangsa perlu dibuat lebih produktif yang dirumuskan melalui forward looking policy, untuk mencapai kesejahteraan,” tandasnya.

Menurut dia, perlu kerjasama masyarakat Afsel dan Sulsel untuk perumusan kebijakan hubungan masa depan yang produktif dan penguatan komitmen dalam berbagai bidang. Kerjasama dapat diwujudkan dalam bidang ekonomi (terutama perdagangan), sosial-budaya, pendidikan, dan Ipteks.

Deddy Tikson juga menyebut bidang-bidang khusus, antara lain pembuatan sekretariat bersama untuk mendukung realisasi dan penguatan kerja sama; pengembangan data-base bersama untuk potensi dan produksi; pengembangan pusat informasi bersama tentang perdagangan, ilmu pengetahuan, budaya dan seni; serta pengembangan organisasi bersama: pemerintah, bisnis dan civil society untuk memajukan kesejahteraan umum kedua bangsa. (asnawin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar