Senin, 24 September 2007

Sungguh Terlalu!

Sungguh Terlalu
Oleh: Asnawin
email : asnawin@hotmail.com

Sepasang suami isteri bersama dua anaknya yang masih bocah, berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan. Setelah berbelanja di sebuah supermarket, sang isteri mengajak suami dan anak-anaknya ke toko pakaian.
Dari luar toko terpampang tulisan besar Diskon 50%+20%. Ada juga yang tertulis langsung Diskon 70%.
Setelah melihat-lihat, ternyata memang banyak pakaian yang diskon, mulai dari 10% hingga 70%. Tetapi setelah diteliti, ternyata harga pakaian sudah dilipatgandakan dari harga normal.
Pakaian yang sebelum Ramadan harganya paling tinggi Rp 35.000, kini harganya menjadi Rp 133.000, kemudian di atasnya ada kertas bertuliskan diskon s/d 70%. Itu artinya, diskon pakaian belum tentu 70%, melainkan paling tinggi 70%. Tulisan 's/d' yang artinya 'sampai dengan', juga ditulis dengan huruf kecil, sehingga banyak orang terkecoh.
Masih di toko pakaian yang sama, ada tulisan "harga mulai dari Rp 15.000", tetapi tulisan "mulai dari" sangat kecil sehingga nyaris tidak terbaca oleh pengunjung.
Dengan berbagai bentuk penipuan itu, akhirnya banyak pengunjung yang terkecoh sehingga ada beberapa kejadian lucu.
Ada pengunjung yang tersenyum-senyum, ada pengunjung yang mengejek penjaga toko, ada pengunjung yang mengumpat, dan ada juga pengunjung yang batal membayar pakaian yang sudah dipilih, karena ternyata harganya tidak sesuai yang disangka sebelumnya.
"Sungguh terlalu!," kata sang isteri kepada suaminya.

***

Pada hari Sabtu, sang isteri mengajak suaminya ke pasar untuk persiapan buka puasa dan makan sahur. Suasana hati sang isteri sedang bagus, karena suaminya memberikan uang yang cukup untuk berbelanja, dan sepanjang jalan menuju pasar, keduanya asyik bercanda ria.
Di pasar, sang isteri masuk ke pasar, sedangkan suaminya menunggu sambil membaca koran di tempat parkir. Sekitar satu jam kemudian, sang isteri muncul dengan wajah yang kurang ceria.
Sebelum ditanya, sang isteri langsung 'memberitakan' bahwa harga ikan, sayur, dan rempah-rempah naik drastis, sehingga sisa uangnya tinggal sedikit.
"Sungguh terlalu!," kata sang isteri kepada suaminya.

***

Pulang dari pasar dan sebelum berbelok masuk ke halaman rumah kontrakannya, pasangan suami isteri itu berpapasan dengan ibu paruh baya tetangganya yang kaya raya dan rumahnya besar tetapi tertutupi oleh pagar dan tembok tinggi.
Sang isteri tersenyum dan suaminya pun menunduk, tetapi tetangganya hanya memandang mereka dengan tatapan mata kosong, tanpa tegur sapa, dan tanpa senyum sama sekali.
"Sungguh terlalu!," kata sang isteri kepada suaminya.

***

Sambil memasak, sang isteri mengajak suaminya ngobrol-ngobrol. Obrolan santai terjadi, tetapi keduanya tidak saling memandang, karena sang isteri sambil memasak dan suaminya sambil membaca koran.
Suaminya kemudian membacakan sebuah berita aksi unjuk rasa sejumlah karyawan di sebuah perusahaan. Para karyawan itu protes karena perusahaan memberlakukan berbagai aturan yang ketat, tetapi tidak dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan, padahal perusahaan mendapatkan keuntungan besar dalam beberapa tahun terakhir.
Para karyawan juga menuntut pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) sesuai aturan yakni dibayarkan paling lambat satu minggu sebelum lebaran, dan besarnya minimal sama dengan gaji sebulan.
Tahun lalu, perusahaan itu terlambat membayarkan THR dan besarnya pun hanya 70% dari gaji.
"Sungguh terlalu!," kata sang isteri kepada suaminya.

***

Seusai buka puasa dan salat magrib, sang isteri mengambilkan suaminya kue dan teh hangat. Bersama kedua anaknya, mereka pun makan kue sambil ngobrol.
Ketika sang isteri sedang mengangkat gelas yang berisi teh hangat, tiba-tiba terdengar suara petasan yang cukup besar. Sang isteri kaget dan gelasnya terlepas jatuh. Gelas pecah dan tentu saja air tehnya tumpah.
"Sungguh terlalu!," kata sang isteri kepada suaminya.

Makassar, 22 September 200

(dimuat di harian Pedoman Rakyat
Makassar, Senin, 24 September 2007)


5 komentar:

  1. salam alaikum
    weh, saya kangen sama pedoman rakyat...dulu waktu SD pernah ikut lomba lukis memperingati ultah PR thn 1986...saya juara 1 dan dapat beasiswa banyak sekali..

    bisakah saya sesekali mengirim tulisan utk PR, walau saya sudah ndak tinggal di Makassar lagi. [salah satu kesulitan redaksi harian lokal memuat tulisan seseorang karena penulisnya tidak berdomisili di tempat terbit harian itu]

    BalasHapus
  2. salam alaikum
    weh, saya kangen sama pedoman rakyat...dulu waktu SD pernah ikut lomba lukis memperingati ultah PR thn 1986...saya juara 1 dan dapat beasiswa banyak sekali..

    bisakah saya sesekali mengirim tulisan utk PR, walau saya sudah ndak tinggal di Makassar lagi. [salah satu kesulitan redaksi harian lokal memuat tulisan seseorang karena penulisnya tidak berdomisili di tempat terbit harian itu]

    BalasHapus
  3. Dengan segala senang hati, saya tunggu tulisanta, kirimmaki saja ke pedomanrakyatms@yahoo.com, dan atau asnawin@yahoo.com.
    Kalo sudah dikirim, sms-ka di nomor 081-2428-4650. Trims....

    BalasHapus
  4. Sory bos, alamat email yang benar:
    pedomanrakyatmks@yahoo.com
    Ngomong-ngomong, di manaki sekarang menetap, and kapan kita mau kirim tulisan? Jangan lupa, kalau sudah kirim tulisan/artikel, tolong kita sms-ka ke 081-2428-4650, trims.

    BalasHapus
  5. Kemarin, saya beli celana panjang di supermarket salah satu mall di makassar. Harga yang tertera Rp 62.900,- diskon 30%. Saya dan isteri kemudian berdiskusi dan sepakat membeli satu. Setelah belanjaan dihitung semua, isteri saya curiga karena total yang harus dibayar agak kemahalan. Isteri saya kemudian memperhatikan print-out daftar dan harga belanjaan. ternyata celananya tetap dibayar dengan harga Rp 62.900,-. Petugas kemudian masuk memeriksa ke tempat pajangan celana dan kemudian menyampaikan bahwa harga Rp 62.900,- sudah termasuk harga diskon. Petugas tersebut menyampaikan bahwa harga yang sebenarnya ada tertera yakni lebih dari Rp 80.000,- tapi nomornya kecil dan tertutupi tulisan DISKON. Isteri saya bertanya, apakah boleh barang (celana panjang) tersebut dikembalikan, petugas mengatakan boleh, maka barang pun dikembalikan dan uang saya juga dikembalikan. Apa boleh buat, terpaksa begitu, dari pada mendongkol terus sampai di rumah. Sunggun terlalu!

    BalasHapus