Selasa, 25 September 2007

Menyelesaikan Konflik di Bulan Ramadhan


Ada beberapa pengalaman menarik H Patabai Pabokori ketika masih menjabat Bupati Bulukumba (periode 1995-2000, dan periode 2000-2005). Pengalaman tersebut antara lain mengadakan menyelesaian konflik antar-kelompok yang bertikai melalui wisata rohani ke Masjid Al Markaz Al Islami di Makassar, pada bulan suci Ramadan.






-----------
Patabai Pabokori:


Menyelesaikan Konflik di Bulan Ramadhan


Ada beberapa pengalaman menarik H Patabai Pabokori ketika masih menjabat Bupati Bulukumba (periode 1995-2000, dan periode 2000-2005). Pengalaman tersebut antara lain menyelesaian konflik antar-kelompok yang bertikai melalui wisata rohani dari Bulukumba ke Masjid Al Markaz Al Islami di Makassar, pada bulan suci Ramadan.
Ceritanya, pada saat itu ada pertikaian antar-kelompok di Bulukumba. Suasanya sudah cukup mencekam, sehingga butuh pendekatan tertentu untuk meredakannya.
“Waktu itu saya berpikir bagaimana caranya menyelesaikan konflik tersebut dengan cara damai,” kata Patabai yang kini menjabat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel, kepada "PR" di ruang kerjanya, belum lama ini.
Setelah meminta masukan dari berbagai pihak, Patabai kemudian mengundang semua pihak yang bertikai untuk mengadakan perjalanan wisata rohani ke Makassar.
“Waktu itu kebetulan bulan puasa dan kami kemudian memilih berbuka puasa bersama di Masjid Al Markaz Al Islami,” ungkapnya.
Dalam perjalanan ke Makassar itulah, para tokoh beberapa kelompok yang bertikai diakrabkan satu sama lain dan kemudian menyelesaikan masalah yang ada. Jadi setibanya di Makassar, masalah yang ada sudah selesai, sehingga mereka tinggal jalan-jalan sesudah berbuka puasa dan salat tarwih.
“Sewaktu pulang ke Bulukumba, mereka sudah akrab dan sudah ketawa-ketawa,” kata Patabai. 


Undian Naik Haji

Pengalaman lain yaitu ketika suatu saat Patabai mengadakan undian naik haji untuk dua orang anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Bulukumba, masing-masing seorang laki-laki dan seorang perempuan. Undian dilakukan pada pertemuan tahunan LVRI.

“Sebenarnya saya hanya diundang hadir dan memberikan pengarahan, tetapi tiba-tiba saya mengadakan undian sehingga mereka kaget. Orang yang naik undiannya berulang-ulang kali berterimakasih kepada saya,” tuturnya.

Calon Haji Mengaji

Ketika menunaikan ibadah haji saat menjabat Bupati Bulukumba, Patabai heran karena banyak jemaah yang tertidur, termenung, dan bahkan ada yang menangis di Masjidil Haram.
Ia pun mendekati mereka dan bertanya. Ternyata mereka menyesal karena tidak tahu mengaji. Mereka menyesali orangtua mereka masing-masing yang tidak membimbing dan tidak mengajari mereka mengaji.
“Saat itulah, timbul tekad dalam diri saya bahwa saya tidak ingin ada jemaah haji asal Bulukumba yang tidak tahu mengaji,” ujarnya.
Setelah kembali dari Tanah Suci, ia segera memanggil Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) dan memintanya agar membimbing calon jemaah haji (calhaj) yang belum bisa atau tidak lancar mengaji.
“Dalam pertemuan dengan para calhaj, saya langsung bertanya siapa yang tidak tahu mengaji. Lebih baik mengaku sekarang dan diajari mengaji, daripada menyesal setelah tiba di Tanah Suci. Sejumlah calhaj langsung menaikkan tangan dan mereka pun dibimbing. Setelah tiba di Tanah Suci justru mereka itulah yang paling rajin membaca Al-Qur'an,” papar Patabai. (asnawin/pr)

copyright@Pedoman Rakyat
Makassar, 17 September 2007


Tidak ada komentar:

Posting Komentar