Ada beberapa pengalaman menarik H Patabai Pabokori ketika masih menjabat Bupati Bulukumba (periode 1995-2000, dan periode 2000-2005). Pengalaman tersebut antara lain mengadakan menyelesaian konflik antar-kelompok yang bertikai melalui wisata rohani ke Masjid Al Markaz Al Islami di Makassar, pada bulan suci Ramadan.
-----------
Patabai
Pabokori:
Menyelesaikan
Konflik di Bulan Ramadhan
Ada beberapa
pengalaman menarik H Patabai Pabokori ketika masih menjabat Bupati Bulukumba
(periode 1995-2000, dan periode 2000-2005). Pengalaman tersebut antara lain menyelesaian konflik antar-kelompok yang bertikai melalui wisata
rohani dari Bulukumba ke Masjid Al Markaz Al Islami di Makassar, pada bulan suci Ramadan.
Ceritanya, pada saat itu ada pertikaian
antar-kelompok di Bulukumba. Suasanya sudah cukup mencekam, sehingga butuh
pendekatan tertentu untuk meredakannya.
“Waktu itu saya berpikir bagaimana
caranya menyelesaikan konflik tersebut dengan cara damai,” kata Patabai yang
kini menjabat Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel, kepada "PR" di
ruang kerjanya, belum lama ini.
Setelah meminta masukan dari berbagai
pihak, Patabai kemudian mengundang semua pihak yang bertikai untuk mengadakan
perjalanan wisata rohani ke Makassar.
“Waktu itu kebetulan bulan puasa dan
kami kemudian memilih berbuka puasa bersama di Masjid Al Markaz Al Islami,”
ungkapnya.
Dalam perjalanan ke Makassar itulah,
para tokoh beberapa kelompok yang bertikai diakrabkan satu sama lain dan
kemudian menyelesaikan masalah yang ada. Jadi setibanya di Makassar, masalah
yang ada sudah selesai, sehingga mereka tinggal jalan-jalan sesudah berbuka
puasa dan salat tarwih.
“Sewaktu
pulang ke Bulukumba, mereka sudah akrab dan sudah ketawa-ketawa,” kata Patabai.
Undian
Naik Haji
Pengalaman
lain yaitu ketika suatu saat Patabai mengadakan undian naik haji untuk dua
orang anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Bulukumba, masing-masing
seorang laki-laki dan seorang perempuan. Undian dilakukan pada pertemuan
tahunan LVRI.
“Sebenarnya saya hanya
diundang hadir dan memberikan pengarahan, tetapi tiba-tiba saya mengadakan
undian sehingga mereka kaget. Orang yang naik undiannya berulang-ulang kali
berterimakasih kepada saya,” tuturnya.
Calon
Haji Mengaji
Ketika
menunaikan ibadah haji saat menjabat Bupati Bulukumba, Patabai heran karena
banyak jemaah yang tertidur, termenung, dan bahkan ada yang menangis di
Masjidil Haram.
Ia pun mendekati mereka dan
bertanya. Ternyata mereka menyesal karena tidak tahu mengaji. Mereka menyesali
orangtua mereka masing-masing yang tidak membimbing dan tidak mengajari mereka
mengaji.
“Saat itulah, timbul tekad
dalam diri saya bahwa saya tidak ingin ada jemaah haji asal Bulukumba yang
tidak tahu mengaji,” ujarnya.
Setelah kembali dari Tanah
Suci, ia segera memanggil Ketua Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) dan
memintanya agar membimbing calon jemaah haji (calhaj) yang belum bisa atau
tidak lancar mengaji.
“Dalam pertemuan dengan para
calhaj, saya langsung bertanya siapa yang tidak tahu mengaji. Lebih baik
mengaku sekarang dan diajari mengaji, daripada menyesal setelah tiba di Tanah
Suci. Sejumlah calhaj langsung menaikkan tangan dan mereka pun dibimbing. Setelah
tiba di Tanah Suci justru mereka itulah yang paling rajin membaca Al-Qur'an,”
papar Patabai. (asnawin/pr)
copyright@Pedoman Rakyat
Makassar, 17 September 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar