Virus-p dapat menjangkiti siapa saja, bukan hanya orang seperti Clinton yang memang sejak muda ingin menjadi pemimpin. Ada juga orang yang tiba-tiba terjangkit virus ampuh ini. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba orang tersebut menunjukkan gejala penularan. Ia bisa berlatar belakang apa saja. Pengusaha, jenderal, pemilik media, pemuka agama, akademisi, bahkan artis dan penyanyi dangdut. Ia bisa tua, bisa muda. Laki atau perempuan. -- Alifian Mallarangeng --
------------------
Analisis:
Virus Presiden Menular
Oleh: Andi Mallarangeng
© VIVA.co.id
http://m.news.viva.co.id/news/read/467104-virus-presiden-menular
----
Ini adalah sebuah virus menular yang unik dan relatif baru. Ia ditengarai berjangkit pertama kali di Amerika Serikat dan berkembang cepat ke negara lain, termasuk negara demokrasi baru seperti Indonesia.
Virus ini bisa berakibat positif, menimbulkan gairah dan energi untuk merebut sukses kehidupan. Namun ia dapat juga berakibat negatif dan berbahaya, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Kalau lepas kontrol, virus ini bahkan bisa merusak suatu negara. Jika yang terakhir ini terjadi, dampaknya bahkan lebih hebat daripada dampak flu burung.
Positif atau negatif, semuanya tergantung pada daya tahan seseorang terhadap virus ini. Kalau kuat, orang tersebut bisa berkibar, bahkan menjadi teladan atau pahlawan. Kalau lemah dan larut begitu saja oleh pengaruh negatifnya, orang tersebut bisa menjadi sumber masalah bagi diri dan sekitarnya.
Dari segi istilah, virus ini di AS disebut presidency virus. Terjemahannya adalah “virus presiden”, tetapi lebih keren kalau disingkat saja menjadi “virus-p”. Apapun istilahnya, gejalanya mudah diamati pada orang yang tertular, antara lain:
o Penuh percaya diri, kadang berlebihan
o Sering mematut-matut diri di depan kaca, sambil berbicara sendiri
o Gemar tampil di publik, apalagi jika diberi kesempatan pidato
o Gemar salaman dan memperkenalkan diri
o Gemar memajang fotonya di mana-mana
o Senang dipotret orang lain. Kamera adalah pelengkap hidupnya
o Senang dengan keramaian, apalagi kalau ada loudspeaker
o Jika ada wartawan lewat, otomatis ia merapikan rambutnya
o Setiap mendengar kata blusukan, matanya berbinar
Virus ini bisa mulai menjangkiti seseorang sejak masih kecil, walau kadang lebih banyak karena keinginan orang tua atau guru. Masih ingat suasana ruang kelas di SD: “Siapa yang bercita-cita menjadi presiden, anak-anak?” Lalu serentak anak-anak akan mengangkat tangannya.
Yang sudah terbukti terjangkit virus-p sejak masih mahasiswa adalah Bill Clinton, mantan Presiden AS yang piawai itu. Pada awal 1960an, sewaktu menjadi aktivis mahasiswa, Clinton sempat berfoto bersama Presiden John F. Kennedy. Foto ini dipajang di kamarnya dan menjadi sumber motivasi yang mengarahkan langkah dan karir politiknya.
Virus-p dapat menjangkiti siapa saja, bukan hanya orang seperti Clinton yang memang sejak muda ingin menjadi pemimpin. Ada juga orang yang tiba-tiba terjangkit virus ampuh ini. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba orang tersebut menunjukkan gejala penularan. Ia bisa berlatar belakang apa saja. Pengusaha, jenderal, pemilik media, pemuka agama, akademisi, bahkan artis dan penyanyi dangdut. Ia bisa tua, bisa muda. Laki atau perempuan.
Virus-p juga bisa datang menjangkiti ketika seseorang sedang tidur. Begitu terbangun, orang tersebut merasa ingin, bisa, perlu, dan bahkan harus menjadi presiden.
Ada juga yang tadinya merasa kebal, namun akhirnya terjangkiti juga. Umumnya hal ini terjadi karena pengaruh orang sekitar. Tokoh yang terjangkit dengan cara ini biasanya gampang termakan pujian. “Bapak lebih hebat, bapak lebih pintar, bapak lebih punya tampang, bapak lebih pantas jadi presiden...” Dengan pujian seperti ini, virus-p langsung mengalir dalam darah tokoh tersebut.
Dari pengalaman, kita tahu bahwa ternyata media juga bisa menyebarluaskan penularan virus-p. Mereka yang tadinya kebal, namun karena namanya sering disebut-sebut oleh berbagai media, akhirnya tidak tahan juga. Mana ada orang yang tahan jika hampir setiap hari namanya disebut di koran sebagai capres potensial atau capres papan atas?
Apakah penularan virus-p harus dicegah? Menurut saya, tidak perlu. Semakin banyak orang yang tertular, semakin banyak calon pemimpin yang muncul. Melalui seleksi alam, yaitu pemilu secara berkala, mudah-mudahan kita mendapat tokoh yang terbaik.
Yang perlu dijaga adalah jangan sampai efek negatifnya muncul dan merusak. Itu sebabnya dalam negara demokrasi ada pembatasan masa jabatan presiden (atau perdana menteri). Umumnya dua kali, namun ada juga negara yang mengatur pembatasan ini hanya sekali. Tujuannya jelas, yaitu agar gairah dan energi virus-p ini bisa disalurkan secara berkala dan semua yang terjangkit mau sabar menunggu gilirannya.
Memang, terkadang muncul anomali di negara tertentu. Ada pemimpin yang sudah berkuasa dalam dua masa jabatan, tapi virus-p yang mengalir dalam darahnya ternyata sangat kuat dan sama sekali sudah lepas kendali. Sang Pemimpin kemudian mengubah konstitusi agar bisa berkuasa tiga kali atau bahkan seumur hidup. Tokoh-tokoh lain yang juga terjangkit virus-p tentu akan merasa kecewa. Kalau sudah begini, jalan keluarnya adalah kudeta, pemberontakan, bahkan perang saudara. Negara gonjang-ganjing dan rakyat ketar-ketir.
Untungnya, Indonesia tidak seperti itu. Presiden SBY, misalnya, bisa mengendalikan virus-p. Sejak awal ia sudah menyatakan bahwa ia akan mandeg mandito setelah dua periode jabatan. Ia akan pensiun dari politik keseharian, exit with grace. Sang istri tercinta, Ibu Ani, juga akan menemaninya menikmati tahapan hidup baru ini.
Karena itu, dengan semakin mendekatnya pemilu presiden (Juli 2014), tokoh-tokoh lain yang telah terjangkit virus-p sudah saatnya menyiapkan diri dengan baik. Siapa cepat dia dapat. Mudah-mudahan rakyat akan memilih yang terbaik.
Kepada para capres ini, perlu kita titipkan sedikit pesan: selain berupaya merebut kemenangan, persiapkan juga kemungkinan lainnya. Tidak semua bintang bisa digapai, tidak semua cita-cita bisa terwujud.
Jangan gampang marah kalau harapan tidak kesampaian. Sabar, tunggu lima tahun lagi. Pegang prinsip ini: wong sabar dhuwur wekasane, orang sabar akhirnya mendapat kemuliaan.
Bagaimana kalau sudah berkali-kali menunggu, sudah berkali-kali mencoba, tapi tidak juga kesampaian? Tetap saja sabar dan tawakal. Mungkin Tuhan punya skenario lain untuk Anda.
Yang jelas, apapun yang terjadi, jangan biarkan virus-p merusak diri sendiri, orang lain, apalagi negara. Kalau merusak orang lain dan negara, Anda akan mendapat masalah hukum. Kalau merusak diri sendiri, Anda bisa dirawat di Grogol.
Tentang hal terakhir ini, pernah ada cerita. Suatu ketika, Presiden SBY berkunjung secara resmi ke RS Jiwa Grogol, Jakarta. Dalam prosesi penyambutan, para dokter, perawat, dan pasien berbaris rapi. Begitu tiba, Presiden SBY langsung menyalami mereka satu per satu.
Sampai di barisan pasien, Presiden SBY memperkenalkan dirinya, “Saya SBY.” Sang pasien yang disalami tertawa. Pasien lainnya juga ikut tertawa. Sambil melihat dokter, sang pasien berkata, “Hehe, orang baru. Waktu saya pertama dibawa ke sini, saya juga bilang begitu.”
The moral of the story: pandai-pandailah menakar diri. Kalau tidak atau belum menang, ya sudah. Jangan terlalu dipikirkan, nanti malah susah sendiri. Kalau Anda santai saja, kekuatan virus-p dalam darah Anda akan melemah dengan sendirinya setelah musim pemilu berakhir.
Jakarta, 18 Desember 2013
(Andi Mallarangeng adalah doktor ilmu politik lulusan Northern Illinois University, DeKalb, Illinois, AS)
----------
Pengantar Redaksi:
--------------
Sejak berada dalam tahanan KPK, Andi Mallarangeng punya lebih banyak waktu luang. Sambil menunggu pengadilan, ia mencoba memanfaatkan waktunya secara produktif dengan membaca dan menulis. Aturan KPK tak membolehkan penggunaan laptop, iPad dan semacamnya oleh para tahanan. Andi menulis artikel ini dengan tulisan tangan, dan kemudian disalin kembali oleh Redaksi VIVAnews agar bisa dinikmati oleh pembaca. Andi berusaha menulis di rubrik “Analisis” sekali seminggu. Redaksi mengunggah tulisan baru Andi setiap hari Rabu.
------------------
[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan Anda di blog "Pedoman Rakyat"]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar