Kamis, 12 Desember 2013

Rapor Merah PTN



GUBERNUR Sulsel Syahrul Yasin Limpo (ketiga dari kiri) foto bersama Rektor UNM Prof Arismunandar (kedua dari kanan), PR-1 UNM Prof Sofyan Salam (kedua dari kiri), PR-3 UNM Prof Hery Tahir, dan Direktur PPs UNM Prof Jasruddin, pada acara peringatan Dies Natalis ke-52 Universitas Negeri Makassar (UNM), di Auditorium Menara Phinisi Kampus UNM, Makassar, Kamis, 1 Agustus 2013. (Foto: Asnawin)


-----------------

Rapor Merah PTN


Usia 52 tahun boleh dikatakan cukup panjang untuk ukuran perguruan tinggi di Indonesia. Dalam kurun waktu yang lebih dari setengah abad itu, tentu saja kita berharap kinerja dan karya-karya perguruan tinggi bersangkutan, dapat menjadi contoh bagi perguruan tinggi lain.

Apakah Universitas Negeri Makassar (UNM) sudah bisa menjadi contoh atau model bagi perguruan tinggi lain, khususnya di kawasan timur Indonesia? Apakah perguruan tinggi yang awalnya bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Ujung Pandang, telah banyak menghasilkan karya-karya monumental dan bermanfaat bagi bangsa dan negara Indonesia?

UNM yang cikal bakalnya berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Hasanuddin (Unhas), berdiri pada 1 Agustus 1961.

Dalam perjalanannya, FKIP Unhas berubah menjadi IKIP Yogyakarta cabang Makassar, pada periode 1964 – 1965. Kemudian pada 1965, berdiri sendiri dengan nama IKIP Makassar, mulai tahun 1965 sampai dengan 1972.

Tahun 1972, IKIP Makassar berubah menjadi IKIP Ujung Pandang, yang bertahan hingga 1999. Melalui perjuangan cukup gigih dan tidak kenal menyerah untuk menyesuaikan diri dengan keadaan, para pengelola IKIP Ujung Pandang berhasil mendapatkan perubahan nama dan status menjadi Universitas Negeri Makassar (UNM) pada 1999.

Perubahan nama tersebut tentu saja diiringi dengan meluasnya mandat (wider mandate) dan tanggungjawab UNM, karena selain dibolehkan membuka program studi (dulu disebut jurusan) umum atau non-kependidikan, UNM juga masih tetap mengelola sejumlah program studi (prodi) kependidikan.

Rektor UNM Prof Arismunandar mengklaim kinerja UNM dalam 14 tahun terakhir (terhitung sejak berubah nama dan status dari IKIP Ujung Pandang menjadi UNM, pada 1999) sangat menggembirakan.

Indikatornya, kata Arismunandar pada upacara Dies Natalies ke-52 UNM, di Makassar, 1 Agustus 2013, UNM mampu meningkatkan kinerja di tengah krisis ekonomi dunia dan tantangan global yang semakin ketat.

Masalah-masalah pelik, lanjutnya, banyak yang berhasil diatasi dan diselesaikan. Peluang-peluang banyak yang telah direbut. Meskipun demikian, Arismunandar juga mengakui bahwa masih terdapat masalah yang harus segera diatasi untuk mewujudkan; “UNM yang berdaya saing tinggi menuju perguruan tinggi berkualitas.”

Dosen UNM kini tercatat sebanyak 901 orang, terdiri atas 67 Guru Besar atau profesor (7,68 persen), 227 doktor (26,03 persen), dan 607 magister (69,61 persen).

Rektor UNM mengatakan, hingga pertengahan 2013 tercatat sebanyak 128 dosen (20,87 persen) tengah melanjutkan pendidikan jenjang doktoral (S3) pada berbagai perguruan tinggi dalam atau luar negeri.

Yang menarik sebagai catatan, yaitu setelah berjalan selama 52 tahun, UNM ternyata hanya memiliki 7,68 persen dosen yang bergelar profesor.

Alumni dan Calon Maba


Hingga tahun akademik 2012/2013, UNM telah menghasilkan lulusan sebanyak 102.367 orang, terdiri atas 95.919 lulusan program kependidikan, dan 6.448 lulusan program non-kependidikan.

Pada tahun akademik 2013/2014, calon mahasiswa baru yang mendaftar di UNM sebanyak 73.824 orang, terdiri atas 22.811 melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), 44.709 yang mendaftar melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri), dan 7.304 yang mendaftar melalui jalur Mandiri.

Globalisasi


Seberapa-siapkah perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia menghadapi atau menyongsong diberlakukannya komunitas ASEAN 2015 (ASEAN Community 2015)?

Menjawab pertanyaan tersebut, Rektor UNM (Universitas Negeri Makassar) Prof Arismunandar mengatakan, UNM pada 2012 telah memenangi hibah Penguatan Kelembagaan Kantor Urusan Internasional (PKKUI).

Selain itu, UNM telah menjalin kerjasama dengan Pemkab Pangkep, melalui Sekolah Laboratorium berstandar internasional, melaksanakan kembali pelatihan bahasa arab bekerjasama Islamic Madinah University untuk tahun kedua, pengembangan konten dan fitur isi website UNM, serta menandatangani perjanjian kerjasama (MoU) dengan lembaga riset dan perguruan tinggi mancanegara.

UNM juga senantiasa mendorong dan mengikutkan mahasiswa mengikuti program internasional (antara lain pertukaran mahasiswa), mengadakan kerjasama dengan berbagai lembaga internasional, serta mendorong dosen melanjutkan studi ke mancanegara atau mengikuti kegiatan tingkat internasional.

Salah satu hasil yang dicapai UNM untuk menghadapi globalisasi, yaitu dimasukkannya UNM oleh Dikti Kemdikbud RI dalam daftar perguruan tinggi yang akan dievaluasi dalam rangka pemeringkatan perguruan tinggi di Asia, berdasarkan Quacquarelli Symonds (QS).

Rapor Merah


Indikator biasanya diukur dengan angka. Begitu pun dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi negeri.

Kalau IKU itu diibaratkan rapor, maka angka rapor UNM boleh dikatakan banyak yang merah. Dalam capaian kinerja Universitas Negeri Makassar (UNM) tahun 2011, terlihat beberapa poin indikator yang angkanya masih cukup rendah.

Jumlah dosen yang melakukan publikasi jurnal internasional, baru mencapai angka 1,2 persen. Dosen yang melakukan presentasi pada seminar atau konferensi terseleksi nasional atau internasional, baru sekitar 2,3 persen, sedangkan dosen yang melakukan publikasi jurnal nasional terakreditasi, baru 2,9 persen.

Dosen yang berijazah luar negeri dan dosen yang berpengalaman akademik ke luar negeri, juga masih di bawah 9 persen.

Seluruh program studi (prodi) di UNM memang telah memiliki izin operasional dan terakreditasi, tetapi prodi yang terakreditasi A hanya 8,5 persen, dan prodi yang terakreditasi B sebanyak 59,76 persen. Artinya, masih ada sekitar 31,70 persen prodi yang akreditasinya di bawah B.

Di sisi lain, persentase mahasiswa UNM yang berhasil memenangi hibah LKTM, PKM, dan kompetisi nasional atau internasional, baru 1 persen. Angka ini tentu masih jauh dari harapan.

Indikator lain yang perlu disoroti yaitu jumlah atau persentase lulusan yang bekerja dalam kurun waktu kurang dari satu tahun setelah menyelesaikan kuliah.

Pada 2011, lulusan program sarjana UNM yang bekerja dalam kurun waktu kurang dari satu tahun berada pada angka 20,8 persen, sedangkan lulusan program diploma UNM yang bekerja dalam kurun waktu kurang dari satu tahun berada pada angka 21 persen.

Artinya, lulusan UNM yang diterima bekerja atau membuka lapangan kerja baru setelah satu tahun, mencapai 80 persen. Merekalah yang sering disebut pengangguran terdidik.

Bagaimana tanggapan Rektor UNM Prof Arismunandar terhadap “rapor merah” tersebut?

“Jika dibandingkan dengan indikator nasional untuk bidang tertentu, kami memang masih harus bekerja keras agar dapat memenuhi standar,” ungkapnya. (tim)



GUBERNUR Sulsel, Dr Syahrul Yasin Limpo, memberikan sambutan pada acara Dies Natalis ke-52 Universitas Negeri Makassar, di Auditorium Menara Phinisi Kampus UNM, Jl AP Pettarani, Makassar, Kamis, 1 Agustus 2013. Setelah berjalan selama 52 tahun, UNM ternyata hanya memiliki 7,68 persen dosen yang bergelar profesor. Capaian kinerja UNM dalam beberapa poin indikator angkanya masih cukup rendah. (Foto: Asnawin)


----------------
@copyright Majalah Almamater, edisi ke-5, Vol.II, November 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar