Senin, 24 September 2012

Pakai Jilbab ke Kampus Tak Dilarang di Amerika


KULIAH UMUM. Imam Masjid New York, Shamsi Ali (paling kiri), saat memberikan Kuliah Umum, di Rektorat UIN Alauddin, Makassar, Kamis, 13 September 2012.  Shamsi mengatakan; "Tidak benar jika ada larangan kuliah dengan mengenakan jilbab di sana. Malah di sana ada non muslim memakai jilbab karena wujud solidaritas." (Foto: Nursam/Fajar)



Pakai Jilbab ke Kampus Tak Dilarang di Amerika

Harian Fajar, Makassar
Jumat, 14 September 2012
http://www.fajar.co.id/read-20120913234056-pakai-jilbab-ke-kampus-tak-dilarang-di-amerika

MAKASSAR, FAJAR -- Serangan 11 September merupakan tragedi kemanusiaan. Dimana setelah peristiwa itu, penderitaan umat Islam lebih besar dari umat lain. Karena ternyata, usai peristiwa itu, sorot mata dunia makin curiga terhadap Islam padahal yang jadi korban saat serangan di WTC waktu itu sangat banyak dari umat Islam.

Itu disampaikan Muhammad Shamsi Ali, imam masjid Islamic Centre New York pada kuliah umum di UIN Alauddin, Kampus Samata, Gowa, Kamis, 13 September. Kuliah umum yang berlangsung di gedung rektorat UIN Alauddin lantai 4 ini, dibuka oleh Pembantu Rektor I UIN Alaudin Prof Dr. H. Ahmad M. Sewang, MA. Hadir pula sejumlah mahasiswa dan akademisi UIN Alauddin. Turut hadir ketua MUI Makassar, AGH Muhammad Ahmad, politisi dari PKS, Iqbal Djalil, serta sejumlah alumni pesantren Darul Arqam Gombara tempat di mana Shamsi Ali menimba ilmu pendidikan menengah.

Menurut pria berdarah Kajang ini, di Amerika apa pun yang namanya aturan agama dijamin oleh undang-undang di Amerika. "Pernah ada kasus seorang pekerja dilarang berjanggut oleh atasannya. Dia pun melaporkan dan sampai ke pengadilan. Pria ini malah memenangkan pengadilan tersebut," kata Shamsi Ali.

Shamsi Ali banyak menceritakan kondisi Islam di Amerika dan pengalamannya selama menjadi imam di masjid negara yang dijuluki negara "Adi Daya" itu. "Tidak benar jika ada larangan kuliah dengan mengenakan jilbab di sana. Malah di sana ada non muslim memakai jilbab karena wujud solidaritas," terangnya.

Pengalaman yang paling berkesan sekaligus lucu adalah ketika ada seorang pemeluk agama Budha yang hendak mempelajari agama islam. Ketika itu, saya menuntunnya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Lelaki itu berperawakan tinggi besar, berkulit hitam dan berkepala botak. Pada saat ia datang, ia memakai jubah menyerupai pakaian tradisional Jepang. Setelah selesai mengucapkan dua kalimat syahadat, lelaki itu berkata “Bisakah saya diterima dalam Islam, saya seorang gay”. ungkap Shamsi Ali yang diiringi tawa peserta.

Pria kelahiran Bulukumba, 5 Oktober 1967 ini menyampaikannya dengan ringan dan santai, sehingga mahasiswa serta dosen dan undangan lainnya terlihat antusias mendengar apa yang disampaikan oleh Shamsi Ali. "Jangan menyerah dan jangan pernah takut menghadapi segala tantangan. Yakinlah segala sesuatu yang diimbangi antara doa dan ikhtiar tentunya akan membuahkan hasil yang nyata dan akan indah pada waktunya," saran alumni pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Gombara ini. (sam-m07/sil)

[Terima kasih atas kunjungan, komentar, saran, dan kritikan Anda di blog Pedoman Rakyat -- http://pedomanrakyat.blogspot.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar