Rabu, 02 Desember 2009
Ethos, Pathos, dan Logos Presiden SBY
Opini Harian Fajar, Makassar
Edisi Kamis, 26 November 2009
Ethos, Pathos, dan Logos Presiden SBY
Oleh: Asnawin
(Mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi Universitas Satria Makassar)
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memang selalu menjadi berita karena beliau seorang presiden. Apalagi sejak merebaknya kasus Bank Century dan isu kriminalisasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Sayangnya, pemberitaan tentang SBY akhir-akhir ini cenderung kurang bagus. Sikapnya yang dianggap tidak tegas dalam menangani kasus Bank Century dan isu kriminalisasi KPK, dan lebih khusus lagi dalam menanggapi rekomendasi Tim Pencari Fakta (Tim Delapan) yang dipimpin Adnan Buyung Nasution, membuat banyak pihak mulai meragukan ethos SBY.
Akibatnya, kredibilitas SBY pun mulai menurun. Tulisan ini bukan membahas kasus Bank Century dan isu kriminalisasi KPK, melainkan mencoba melihat kemampuan berkomunikasi SBY sebagai seorang presiden dan dampak yang ditimbulkannya.
Sebelum menjadi Presiden RI pada periode pertama (2004-2009), masyarakat Indonesia menyanjung dan mengelu-elukan SBY. Sebagian besar rakyat Indonesia memuji habis-habisan SBY sebagai tokoh humanis, religius, dan berwibawa. Pendek kata, SBY begitu memesona. Hasilnya, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla terpilih menjadi Presiden. Padahal ketika itu, SBY harus "bertarung melawan" tokoh sekaliber Amien Rais, dan juga ada Megawati Soekarnoputri, Wiranto, serta Hamzah Haz.
Saat maju kembali sebagai calon presiden untuk kedua kalinya (2009-2014), SBY juga masih mampu memesona sebagian besar rakyat Indonesia. Hasilnya, SBY yang kali ini berpasangan dengan Boediono, kembali terpilih menjadi presiden.
Mengapa SBY mampu menarik simpati dan begitu memesona di mata sebagian besar rakyat Indonesia? Mengapa sebagian besar rakyat Indonesia tidak terpesona dan tidak bersimpati kepada Jusuf Kalla dan Megawati Soekarnoputri sebagai calon Presiden RI pada Pemilu 2009?
Dalam ilmu komunikasi, SBY dapat dikategorikan sebagai seorang komunikator yang berhasil. SBY mampu mengirim pesan kepada khalayak (rakyat) bahwa dirinya adalah orang yang punya kemampuan dalam memimpin negara, sopan, bermoral, dan dirinya bersih dari KKN.
Sebagai seorang komunikator, SBY mampu mengenal dirinya, mengetahui kemampuan yang dimilikinya, mengetahui keinginan sebagian besar rakyat Indonesia, serta mampu mempertemukan keinginan dirinya dan keinginan sebagian besar rakyat Indonesia.
Selain mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan khalayak, SBY juga memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power). Kepercayaan atau kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki seseorang komunikator, sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak.
Kredibilitas menurut Aristoteles (filsuf Yunani), bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos (karakter/pembawaan), pathos (ikatan emosional), dan logos (logis/masuk akal).
Ethos adalah kekuatan yang dimiliki komunikator (pembicara) dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Pathos adalah kekuatan yang dimiliki seorang komunikator dalam mengendalikan emosi pendengarnya (penerima pesan), sedangkan logos adalah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya (Hafied Cangara, 2009).
Menurut Aristoteles, yang paling besar dan kuat pengaruhnya adalah ethos yang dilatarbelakangi track record, catatan perilaku, dan suri teladan. Ada pula yang mengatakan bahwa ethos terdiri atas pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik.
SBY tampaknya mampu menampilkan dirinya (mengirim pesan kepada sebagian besar rakyat Indonesia melalui berbagai media) sebagai seorang yang memiliki ethos atau karakter pribadi yang baik, sehingga sebagian besar rakyat Indonesia (penerima pesan) yang terdiri atas berbagai suku, agama, ras, dan golongan, terpesona dan bersimpati kepadanya (efek).
Pada kampanye Pemilu 2009, SBY juga mampu menciptakan pathos atau ikatan emosional yang baik dengan sebagian besar rakyat Indonesia. SBY dan Boediono menampilkan diri sebagai pasangan capres dan cawapres yang berasal dari rakyat, bukan dari kalangan istana (Megawati) dan bukan dari kalangan orang kaya atau pengusaha (Jusuf Kalla).
Argumentasi yang disampaikan SBY dalam berbagai sesi tanya jawab saat kampanye Pemilu 2009, oleh sebagian besar rakyat Indonesia juga dianggap masuk akal (logos atau logis). SBY seolah-olah ingin menyampaikan pesan kepada rakyat Indonesia bahwa dalam memilih calon pemimpin negara, jangan hanya mendengar apa yang disampaikan atau diucapkan seseorang, tetapi lihat juga latar belakang dan pembawaannya.
Karena telanjur mendapatkan simpati dan memesona sebagian besar rakyat Indonesia, SBY akhirnya mampu mengalahkan Jusuf Kalla dan Megawati pada Pemilu 2009. Sebaliknya, Jusuf Kalla dan Megawati yang sudah berupaya secara maksimal, gagal menarik simpati dan memesona sebagian besar rakyat Indonesia, karena ethos, pathos, dan logos mereka tidak sesempurna SBY.
Ujian Berat
Keberhasilan SBY dalam berkomunikasi dengan rakyat Indonesia pada Pemilu 2009 yang membuat dirinya terpilih kembali sebagai Presiden RI, kini mendapat ujian berat dengan merebaknya kasus Bank Century dan isu kriminalisasi KPK.
Mampukah SBY mengkomunikasikan masalah-masalah tersebut dengan para pembantu dekatnya dan para menterinya, serta dengan rakyat yang dipimpinnya? Mampukah SBY mengambil keputusan yang tepat agar kredibilitasnya tetap terjaga dan komunikasinya dengan rakyat Indonesia tetap terjalin dengan baik? Kita lihat saja nanti.
Yang pasti, anggota DPR RI yang konon sebagian besar "berada di bawah kendalinya", kini sudah hampir pasti akan menggunakan hak angket. Artinya, ada komunikasi yang tidak mengena alias tidak bagus antara SBY dengan "anggota-anggotanya".
Selain itu, kini juga sudah mulai terbentuk opini publik bahwa SBY secara tidak langsung terlibat dalam kasus Bank Century dan dalam kasus upaya mengkriminalkan anggota KPK. Di sisi lain, akibat tidak terciptanya komunikasi yang baik, ormas-ormas besar pun sudah mulai "menyerang" dengan berbagai cara, kepemimpinan dan berbagai langkah SBY.
Bagaimana masa depan kepemimpinan SBY, sangat menarik kita tunggu bersama. Kita berharap SBY mampu mengambil langkah dan kebijakan yang tepat, serta mampu berkomunikasi secara baik dengan berbagai pihak agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. (**)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar