Senin, 31 Desember 2007

Tantangan Bagi Anggota KPU yang Baru



Tantangan Bagi Anggota KPU yang Baru

Oleh : Asnawin


Seorang pelari marathon, pasti belum lelah atau bosankalau baru berlari sejauh 20 kilometer. Sebaliknya, seorang pelari jarak pendek, pasti sudah bosan dan atau lelah setelah menempuh jarak lebih dari lima kilometer.
Entah berada pada kelompok mana ke-9 anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat periode 2002-2007. Apakahmereka tergolong pelari jarak jauh, pelari jarak menengah, atau pelari jarak pendek. Yang pasti, hanya tiga orang bertahan hingga garis finish.
Lima tahun lalu, kita menaruh harapan yang tinggi kepada Prof Dr Nazaruddin Sjamsuddin MA, dan kawan-kawan. Betapa tidak, delapan dari sembilan anggota KPU tersebut adalah dosen, yang tergolong "manusia suci", karena mengajarkan ilmu pengetahuan, melakukan penelitian, serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat (termasuk kepada bangsa dan negara).
Tiga dari delapan dosen tersebut, bahkan tergolong "bukan dosen biasa", melainkan Guru Besar bergelar profesor. Seorang anggota KPU lainnya, pernah menjadi ketua umum organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) dari organisasi kemahasiswaan Islam.
Tetapi apa yang terjadi kemudian. Harapan tinggal harapan. Dari sembilan anggota KPU Pusat tersebut, hanya tiga yang bertahan hingga kini, sedangkan enam lainnya tersebar ke penjara, ke partai politik, dan ke kursi menteri.
KPU Pusat periode 2002-2007 memang mampu melaksanakan tugas-tugasnya, tetapi citranya menjadi kurang bagus.
Bagaimana dengan tujuh anggota KPU Pusat periode 2007-2012? Apakah mereka semua tergolong pelari jarak jauh? Apakah hanya sebagian yang masuk kategori pelari jarak jauh? Kita lihat saja nanti.
Yang pasti, lima dari tujuh anggota KPU Pusat yang baru, juga berlatar belakang dosen dan dua di antaranya Guru Besar (profesor). Dua lainnya, masing-masing berlatarbelakang profesi wartawan dan birokrat.
Dua anggota KPU baru tersebut sudah punya pengalaman dalam penyelenggaraan pemilu dan Pilkada, karena mereka mantan anggota KPU provinsi, sedangkan seorang anggota KPU baru lainnya mantan anggota Panwaslu provinsi.
Terlepas dari pengalaman masa lalu dan kualitas ke-7 anggota KPU Pusat yang baru itu, bagaimana pun juga mereka sudah terpilih dari seleksi panjang nan ketat, dan kita mau tidak mau harus menaruh harapan besar kepada mereka.
Seorang ustaz muda dalam ceramah Ramadan di Makassar, mengatakan, kalau kita bercita-cita ingin membaca Alquran (30 juz) sampai tamat selama Ramadan, maka yakinlah itu akan tercapai.
Mengacu kepada pendapat ustaz tersebut, maka kalau ke-7 anggota KPU yang baru memang bercita-cita melaksanakan tugas dan kewajibannya hingga lima tahun ke depan, maka mereka harus yakin mampu melakukannya.

Libido Politik

Untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, serta bertahan selama lima tahun ke depan, ada beberapa peringatan yang perlu diperhatikan.
Pertama, anggota KPU yang baru sedapat mungkin berupaya menjaga kesehatan, terutama dengan berolahraga secara teratur, kesehatan fisik sangat berpengaruh kepada mental dan kinerja.
Kedua, anggota KPU harus mau bekerja keras. Tanpa kerja keras, mereka pasti akan sulit menghadapi berbagai tugas berat. Tugas KPU antara lain, merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilu, serta menerima, meneliti, dan menetapkan partai-partai politik yang berhak sebagai peserta Pemilu.
KPU juga bertugas membentuk PanitiaPemilihan Indonesia (PPI) dan mengoordinasikan kegiatan Pemilu, mulai dari tingkat pusat sampai di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Selanjutnya, KPUmenetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I, dan DPRD II untuk setiap daerah pemilihan.
Ketiga, anggota KPU harus berani menghadapi tantangan. Kegagalan atau citra yang kurang bagus dari anggota KPU pusat sebelumnya merupakan tantangan.
Joseph Sugarman mengatakan; "Jika anda mau menerima kegagalan dan belajar darinya, jika anda mau menganggap kegagalan merupakan sebuah karunia yang tersembunyi dan bangkit kembali, maka anda memiliki potensi menggunakan salah satu sumber kekuatan paling hebat untuk meraih kesuksesan."
Senada dengan itu, Roger Van Oech mengatakan; “Ingatlah dua keuntungan yang kita peroleh dari kegagalan. Yang pertama adalah mempelajari apa yang tidak berjalan dengan baik; dan kedua adalah menjadi kesempatan bagi kita untuk mencoba pendekatan baru."
Sementara Confucius mengatakan; “Kejayaan tertinggi bukan karena kita tidak pernah jatuh, melainkan karena kita selalu bangkit lagi ketika gagal."
Tantangan yang akan dihadapi oleh anggota KPU ke depan, boleh jadi ibarat mendaki gunung yang tinggi, boleh jadi ibarat memanjat pohon pinang yang licin, serta boleh jadi ibarat memanjat pohon yang penuh onak dan duri.
Keempat, anggota KPU harus membentuk diri sebagai sebuah tim (team work) dan bekerja sama menghadapi berbagai masalan dan tantangan.
Kalau boleh mengusulkan kepada siapa pun presiden dan wapres terpilih pada 2009 nanti, tolong janganlah menarik salah seorang atau beberapa anggota KPU Pusat menjadi menteri atau pejabat negara.
Sebaliknya, kepada para anggota KPU yang baru, buanglah jauh-jauh libido politik dan tetaplah bercita-cita mengemban amanat sebagai anggota KPU hingga tahun 2012. Jadilah tim yang solid, yang senantiasa saling mengingatkan, yang bertolong-tolongan dalam kebaikan dan bukan bertolong-tolongan dalam kejahatan.
Orang-orang tua di kampung dalam bahasa daerah kerap mengingatkan agar kita tidak menempatkan diri atau menghindarkan diri dari posisi “telur di ujung tanduk” atau “air di daun talas.”
Selamat bertugas dan selamat menghadapi berbagai tantangan, semoga berhasil dan selamat hingga akhir masa tugas di tahun 2012.

Makassar, 1 November 2007

(tulisan ini dibuat untuk muat di majalah Info Sulsel, yang diterbitkan Badan Informasi Komunikasi dan Pengelolaan Data Elektronik Pemprov Sulsel)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar