Alkisah di sebuah negeri, sang presiden membuat kesepakatan dengan sebuah parpol besar untuk saling-mendukung satu sama lain. Parpol tersebut sepakat mendukung dan turut memperjuangkan sang presiden untuk maju kembali sebagai calon presiden pada Pilpres mendatang.
-------
Parpol dan Presiden Banci
Oleh: Asnawin
(Pemerhati
Seni-Budaya)
Alkisah di sebuah negeri, sang presiden
membuat kesepakatan dengan sebuah parpol besar untuk saling-mendukung satu sama
lain. Parpol tersebut sepakat mendukung dan turut memperjuangkan sang presiden untuk
maju kembali sebagai calon presiden pada Pilpres mendatang.
Kesepatan dan kemesraan pun
diperlihatkan kepada publik. Beberapa parpol lain juga turut mendukung sang
presiden. Singkat cerita, sang presiden akhirnya benar-benar terpilih kembali
menjadi presiden.
Kemesraan antara sang presiden dengan
parpol besar itu kemudian berlanjut. Sang presiden memberikan jatah beberapa
menteri dan jabatan strategis lainnya di pemerintahan dan di badan usaha milik
negeri.
Di saat sang presiden menyusun
kabinetnya, beberapa parpol lain yang tadinya tidak mendukung bahkan
berseberangan dengan sang presiden dalam Pilpres, termasuk parpol yang pernah
berkuasa, ngotot masuk dalam pusaran kekuasaan.
Karena sang presiden tidak percaya diri menjalankan
pemerintahan kalau hanya bersama-sama dengan parpol pendukungnya dalam Pilpres,
maka parpol “penumpang” pun diikutkan dalam pemerintahan dengan memberikan jatah
beberapa menteri dan jabatan strategis lainnya.
Sang presiden bersama parpol yang
mendapat jatah menteri dalam kabinet, kemudian membentuk koalisi yang bertujuan
memperkuat posisi pemerintahan di bawah komando sang presiden.
Dalam perjalanannya, parpol besar yang
sejak awal menjalin kebersamaan dan menjadi pendukung sang presiden,
seolah-olah menjadi “orang asing” di koalisi. Sebaliknya, parpol yang baru
masuk dan bukan pendukung presiden dalam pilpres, seolah-olah menjadi sahabat
dan teman lama sang presiden.
Lama-kelamaan Parpol besar pendukung
sang presiden, menjadi semakin asing dan terkucil dalam koalisi, terutama
karena sering mengeritisi dan mengambil kebijakan berseberangan dengan
pemerintah dan parpol koalisi.
Karena sering berseberangan dengan
kebijakan pemerintah dan parpol pendukung pemerintahan, jatah menterinya pun
dikurangi. Namun, karena masih sering mengeritisi dan berseberangan dengan
kebijakan pemerintah, parpol besar ini pun akhirnya mendapat desakan dari para
anggota koalisi untuk “angkat kaki” meninggalkan perahu koalisi.
Ironisnya, parpol besar ini tidak mau
meninggalkan koalisi, apalagi memundurkan orang-orangnya dalam kabinet, karena
mereka merasa apa yang dilakukan selama ini didasarkan atas tanggungjawab dan
demi kepentingan lebih besar.
Selain itu, mereka merasa bukan mengikat
kontrak politik dengan parpol koalisi yang memang baru terbentuk pascapilpres,
melainkan langsung dengan sang presiden.
Seolah bermuka tebal dan berkuping tuli,
parpol besar tersebut tetap percaya diri berada di dalam pemerintahan, serta
tidak memerdulikan berbagai komentar miring dari berbagai kalangan.
Dengan penuh percaya diri, beberapa
pengurus teras parpol besar itu tampil di beberapa stasiun televisi dan berkomentar
di berbagai media massa, bahwa mereka akan tetap berada dalam koalisi dan di
pemerintahan, selama sang presiden tidak mendepak mereka.
Rakyat Menunggu
Tudingan miring pun dilontarkan parpol
lain dan rakyat negeri. Mereka menuding parpol besar itu tidak mau meninggalkan
koalisi, karena takut kehilangan kursi menteri dan beberapa jabatan strategis
lainnya di pemerintahan.
Ada juga yang menilai parpol tersebut
sebagai parpol banci, karena tidak punya pendirian yang tegas. Di satu sisi,
mereka selalu mengeritisi pemerintahan, tetapi di sisi lain orang-orangnya juga
tetap berada di pemerintahan.
Padahal, idealnya parpol besar yang
tidak seiring-sejalan dengan pemerintahan dan parpol anggota koalisi,
seharusnya bersikap jantan keluar dari koalisi dan menjadi parpol
oposisi.
Tudingan penakut, peragu, dan banci juga
dialamatkan kepada sang presiden, karena sang presiden tidak berani mendepak
parpol besar itu dari koalisi, dan juga enggan mengeluarkan mereka dari
pemerintahan.
Kini rakyat negeri masih menunggu sikap
tegas dari parpol besar itu dan dari sang presiden. Rakyat negeri pun membuat
tebak-tebakan, siapakah yang lebih dulu mengambil sikap tegas, apakah parpol
tersebut yang lebih dulu menyatakan keluar dari koalisi dan pemerintahan, atau
sang presiden yang lebih dulu mengeluarkan mereka.
Foto di atas diambil dari http://pardosimonitor.multiply.com/journal/item/78/Strategi-Kocok-Ulang-Redam-Kegaduhan-Politik, pada Selasa, 19 Juni 2012.
BalasHapus